TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Barrack Obama dijadwalkan bertemu dengan korban selamat dan keluarga korban aksi penembakan massal di sebuah klub gay di Orlando, Ahad, 12 Juni 2016.
“Kehadiran Obama diharapkan memperjelas sikap pemerintah terhadap komunitas LGBT di Orlando,” ujar Juru bicara Gedung Putih, seperti dilansir BBC, Jumat, 17 Juni 2016. Tercatat, 49 orang selamat dalam kejadian penembakan masal terburuk dalam sejarah Amerika tersebut.
Baca Juga: Penembakan di Orlando, Trump Akan Perketat Sejata ke Teroris
Dalam kunjungannya ke Orlando, Obama akan ditemani Wakil Presiden Joe Biden. Kasus ini disebut-sebut menjadi momentum tepat untuk mengevaluasi kebijakan kepemilikan senjata di Amerika. Sebab, ancaman teror serupa bisa saja terjadi di kemudian hari.
Sejumlah politikus Amerika sebelumnya keras menyuarakan peraturan ketat soal ketentuan jual-beli senjata. Ketentuan itu di antaranya meliputi pengecekan latar belakang pembeli senjata secara detail, apakah dia berhak dan layak mendapat izin membeli senjata. Selain itu, identitas harus diperiksa, apakah pembeli senjata ini masuk daftar terduga teroris atau tidak.
Berita Menarik: Di Thailand, Piala Eropa 2016 Bisa Memicu Kematian?
Setidaknya, 50 orang tewas dan 53 lainnya terluka dalam penembakan massal mematikan yang menjadi sejarah kelam Amerika itu. FBI mengidentifikasi aksi tersebut sebagai aksi teror. Pemerintah setempat juga tengah menyelidiki dengan mengumpulkan sejumlah fakta dan bukti yang ada.
BBC | GHOIDA RAHMAH