TEMPO.CO, Manila - Presiden terpilih Filipina, Rodrigo Duterte, bersumpah memperkenalkan kembali hukuman mati kepada para penjahat dan menawarkan komunis untuk masuk ke kabinet.
Pada konferensi pers pertamanya sejak memenangi pemilu, 9 Mei lalu, Duterte juga mengatakan dia akan melancarkan serangan militer besar untuk menghancurkan ekstremis Islam, Abu Sayyaf, di selatan Pulau Jolo.
Pengumuman itu merupakan refleksi dari janji kampanyenya untuk mengakhiri kejahatan dan korupsi di negara miskin dalam waktu tiga-enam bulan.
Duterte juga mengatakan dia akan membujuk untuk berdamai dengan gerilyawan Marxis dan menawarkan kursi di pemerintahan kepada Partai Komunis, yang ada kemungkinan akan masuk kabinet lingkungan dan sumber daya alam, reformasi agraria, kesejahteraan sosial, serta tenaga kerja.
Duterte menginginkan hukuman mati, yang dihapuskan pada 2006 di bawah Presiden Gloria Arroyo, diberlakukan untuk berbagai kejahatan: penyalahgunaan obat-obatan, pemerkosaan, pembunuhan, dan perampokan.
Duterte mengatakan hukuman mati dengan cara digantung seharusnya dikenakan untuk pelaku kejahatan keji. Penjahat yang membunuh sekaligus merampok dan memperkosa harus dijatuhi hukuman gantung berganda.
"Setelah gantungan pertama, akan ada upacara hukuman lain yang kedua sampai kepala benar-benar terputus dari tubuhnya," tuturnya.
Ia lebih suka hukuman mati dengan digantung karena tak ingin membuang-buang peluru. Selain itu, ia menilai patah tulang belakang akibat tali itu lebih manusiawi.
Duterte berjanji selama kampanye untuk membunuh puluhan ribu penjahat. Ia mengatakan akan memberi kewenangan petugas keamanan untuk menembak mati penjahat yang terorganisasi atau mereka yang menolak keras ditangkap.
"Jika Anda menolak, menunjukkan perlawanan, pesan saya kepada polisi agar menembak mati. Tembak mati kejahatan terorganisasi. Anda dengar itu?" ucap Duterte. Ia mengeluh bahwa hari ini orang tidak takut kepada hukum dan dia berjanji untuk mengubah itu.
"Jangan hancurkan negara karena saya akan membunuh Anda. Saya akan bunuh Anda. Tak ada jalan tengah," ujarnya. "Jika Anda mencoba menghindari penangkapan, menolak penangkapan, dan Anda menolak keras, saya akan mengatakan: 'Bunuh mereka'."
Duterte juga berjanji memberlakukan jam malam pada pukul 02.00 untuk minum di tempat umum. Ia juga melarang anak-anak berjalan sendirian saat larut malam. Jika anak-anak dijemput di jalan, orang tua mereka akan ditangkap dan dijebloskan ke penjara lantaran meninggalkan anaknya di jalan.
Duterte akan dilantik pada 30 Juni untuk masa jabatan 6 tahun. Presiden saat ini, Benigno Aquino, telah memperingatkan selama kampanye bahwa Duterte adalah seorang diktator dan akan membuat teror untuk bangsa.
Duterte dituduh menjalankan pasukan pembawa kematian selama lebih dari dua dekade pada masa pemerintahannya sebagai Wali Kota Davao. Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan pasukan Duterte terdiri atas polisi, pembunuh bayaran, dan mantan komunis.
Pasukan ini diduga telah merenggut lebih dari 1.000 jiwa. Para kelompok HAM itu menyebutkan anak-anak dan pelaku kriminal ringan menjadi korbannya.
Duterte pernah membual pada satu kesempatan selama kampanye. Ia mengatakan timnya telah menewaskan 1.700 orang. Namun, di lain waktu, ia membantah terlibat.
MAYA AYU PUSPITASARI | THE GUARDIAN