TEMPO.CO, Quito - Peti mati dalam berbagai bentuk, ukuran, dan warna dari sumbangan ditimbun di setiap penjuru stadion sepak bola di Pedernales, Ekuador.
Stadion itu kini berubah menjadi seperti kamar jenasah setelah gempa bumi kuat yang menewaskan lebih dari 500 orang di negara Amerika Latin tersebut.
Petugas medis berpakaian putih hilir mudik di fasilitas sementara tersebut, untuk mengidentifikasi mayat yang sebagian besar telah membusuk.
Mereka adalah korban yang ditemukan di bawah reruntuhan rumah dan hotel di daerah pantai populer di pesisir Ekuador.
Dijadikan sebagai pusat operasi darurat, stadion itu terletak tidak jauh dari pusat gempa 7,8 magnitud Sabtu lalu yang menyebabkan 800 bangunan hancur. Stadion tersebut juga digunakan sebagai pusat medis dan distribusi bantuan gempa.
"Kami merawat korban cedera di sini karena pusat kesehatan lokal hanya ada tiga tempat tidur dan bukan sebuah rumah sakit. Tidak ada kamar bedah," kata seorang dokter dari Kementerian Kesehatan Ekuador, seperti yang dilansir Khaleej Times, Kamis, 21 April 2016.
Dalam waktu 24 jam pertama gempa merupakan periode paling kacau, pekerja kesehatan membaringkan pasien di atas lapangan dan menyediakan tempat helikopter mendarat di tengah lapangan untuk membawa korban cedera serius ke rumah sakit provinsi.
Keluarga yang putus asa mencari yang anggota keluarga mereka, awalnya tiba di stadion dengan harapan bisa menemukan korban selamat.
Namun kini, empat hari setelah gempa bumi itu, mereka akhirnya datang untuk menuntut agar petugas bisa segera mengidentifikasi jenasah korban bencana dahsyat tersebut.
Pihak berwenang mengatakan sejauh ini, sudah 154 mayat yang berhasil diidentifikasi di Pedernales.
KHALEEJ TIMES | YON DEMA