TEMPO.CO, Cape York - Sebagian besar terumbu karang yang menjadi ikon Australia, Great Barrier Reef, mati akibat perubahan cuaca ekstrem. Pemerintah Australia meminta bantuan semua pihak menyelamatkan krisis ini.
Survei yang dilakukan para penyelam di Cape York, kawasan terpencil Australia di timur laut, itu menemukan fakta lebih dari 50 persen terumbu karang di sana mati dalam keadaan memutih. Hal itu, menurut pemerintah Australia, disebabkan oleh tingginya temperatur laut.
"Terumbu karang yang ada di kawasan utara mengalami kematian akibat suhu panas. Kondisi itu berlangsung selama beberapa bulan hingga musim panas ini," kata Russell Reichelt, Ketua Otoritas Taman Laut Great Barrier Reef.
Meskipun demikian, menurut Reichelt, tidak semua terumbu karang di Great Barrier Reef mati. Hanya ada beberapa lokasi di taman laut seluas 344.400 kilometer persegi itu yang kondisinya memutih.
Great Barrier Reef terdiri atas 3.000 kawasan terumbu karang dan 900 pulau, posisinya lurus berjarak sekitar 2.000 kilometer ke arah pantai timur laut Australia. Salah satu taman laut terindah di dunia ini menghasilkan pendapatan lebih dari US$ 3 miliar atau setara dengan Rp 39,4 triliun dari industri pariwisata laut.
WWF, sebuah organisasi perlindungan margasatwa, mengatakan pada Senin, 21 Maret 2016, lembaganya menyambut baik upaya pemerintah dengan mengambil kebijakan keras guna memecahkan akar masalah yang menghantam terumbu raksasa di negerinya.
"Ini adalah kematian terumbu karang yang sangat buruk meskipun hanya menghantam beberapa bagian dari Great Barrier Reef," kata juru bicara WWF, Richard Leck.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN