TEMPO.CO, Den Haag – Masalah lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) dan keberlangsungan Pasar Malam Indonesia (PMI) menjadi perhatian wartawan-wartawan Belanda. Pertanyaan itu dilontarkan dalam jamuan makan siang Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda yang baru, I Gusti Agung Wesaka Puja.
“Tantangan terbesar sebagai Duta Besar Indonesia di Belanda adalah bagaimana terus menjaga dan meningkatkan hubungan bilateral yang selama ini sudah berjalan dengan sangat baik,” kata Puja kepada para wartawan di Wisma Duta, 16 Maret 2016, dalam rilis yang diterima Tempo.
Dubes kelahiran Bali, 11 Januari 1962, itu menyatakan hubungan kedua negara semakin dekat dengan disepakatinya Joint Declaration on Comprehensive Partnership, yang ditandatangani kedua kepala pemerintahan pada 2013.
Tantangan besar lain, menurut mantan Duta Besar RI untuk Austria itu, adalah bagaimana meningkatkan nilai investasi dan perdagangan. Selama ini Belanda merupakan mitra dagang Indonesia yang besar dan pintu gerbang masuknya ekspor Indonesia ke Eropa.
Hadir dalam jamuan itu, media cetak dan elektronik Belanda, seperti De Telegraaf, Algemeene Dagblad, Elsevier, Diplomatic Magazine, Geassocieerde Pers Diensten, Jurjenz Production, Wassenaarse Krant, dan Indo Radio.
Baca Juga:
Masalah LGBT diangkat wartawan De Telegraaf, Wouter de Winther. Kepada Winther, Puja, yang pernah menjadi Duta Besar RI untuk PBB di Jenewa, menjelaskan bahwa masalah LGBT merupakan isu global yang juga dihadapi negara lain dan belum selesai dibahas di forum internasional, termasuk di PBB.
Adapun di Indonesia, ucap Puja, kelompok LGBT berhasil membuat sebuah pernyataan bertajuk Yogyakarta Declaration. Deklarasi tersebut kemudian dicontoh organisasi serupa di negara lain.
Sedangkan wartawan Algemeen Dagdblad, Maaike Kraaijeveld, mempertanyakan soal penyelenggaraan Pasar Malam Indonesia (PMI). Pasar malam yang pernah digelar beberapa kali di Alun-alun Malieveld, Den Haag, itu selalu ramai dikunjungi warga, bukan hanya dari Den Haag, tapi juga dari kota sekitarnya, bahkan dari kota-kota lain di Eropa.
Puja menyampaikan ada kemungkinan pihaknya menyelenggarakan PMI sebagai sarana promosi Indonesia di Belanda dengan menggandeng pihak swasta.
Dalam paparannya, Puja juga menjelaskan bagaimana pemerintah menangani masalah narkoba dengan banyaknya korban narkoba di Indonesia. Antara lain disebutkan data angka korban narkoba yang meninggal setiap hari dan jumlah pemakai narkoba yang direhabilitasi di Indonesia. Kondisi ini menyebabkan pemerintah memutuskan hukuman yang berat terhadap pembawa, pengedar, dan pembuat narkoba di Indonesia.
Sebagaimana diketahui, Belanda pernah menarik duta besarnya di Jakarta pada awal 2015 sebagai bentuk protes atas hukuman mati terhadap salah satu warganya yang terlibat kasus narkoba.
Terkait dengan angka kunjungan wisatawan dari Belanda, Dubes Puja menyatakan, meski terus meningkat, yakni mencapai 170 ribu orang pada 2015, Indonesia perlu menarik lebih banyak generasi muda Belanda sebagai wisatawan yang potensial.
Adapun soal pelarangan konsumsi minuman beralkohol, menurut Puja, hal itu tidak perlu dikhawatirkan. Berbagai daerah, seperti kampung halamannya, Bali, telah ada aturan khusus yang mengatur hal itu.
Menurut Minister Counselor bidang Penerangan dan Sosial Budaya KBRI Den Haag, Azis Nurwahyudi, jamuan makan siang Kepala Perwakilan RI ini merupakan kegiatan tahunan. Tujuannya membuat jejaring dengan media guna mempromosikan dan menjelaskan tentang Indonesia terbaru kepada publik Belanda.
“Pada jamuan makan siang kali ini disajikan makanan tradisional Indonesia berupa laksa Betawi, nasi rendang, kue pandan, dan brownies ketan hitam oleh kumpulan chef Indonesia di Belanda yang tergabung dalam organisasi Indonesia Satu,” tulis Azis dalam rilisnya.
NATALIA SANTI