TEMPO.CO, Ankara - Dogan Asik, 28 tahun, sedang duduk di dalam bus yang melaju di jalan raya Kota Ankara, Ibu Kota Turki, pada Minggu, 13 Maret 2016 sore. Semua kursi terisi penuh penumpang.
Sekitar 50 orang ada dalam bus. Tidak ada tanda aneh saat itu. Hanya saja, Dogan merasakan pengemudi melambatkan laju bus. Sebuah mobil hitam menyalip bus. Suara ledakan terdengar keras beberapa detik kemudian. Penumpang yang duduk di baris depan terlempar ke baris belakang.
"Bus meledak, lalu api muncul. Ledakan ini menewaskan sedikitnya dua atau tiga orang. Kekuatan ledakan mampu menghancurkan logam," kata Asik ketika menggambarkan dahsyatnya ledakan seperti dilansir Fox News pada 14 Maret 2016.
Saksi lain menuturkan api melalap beberapa mobil di area tersebut, meninggalkan begitu banyak korban luka. Kondisi mereka kritis. Bahkan ia menduga jumlah korban masih bisa bertambah.
Beberapa ambulans dan mobil polisi berdatangan ke lokasi ledakan. Polisi menutup area ledakan tersebut dan mendorong masyarakat serta wartawan yang berada di sana untuk menjauh. Polisi memperingatkan warga mengenai kemungkinan adanya ledakan kedua.
Jumlah korban tewas mencapai 37 orang setelah 3 korban yang cedera serius akhirnya meninggal dunia di rumah sakit.
"Sejauh ini terdapat 3 lagi korban tewas di rumah sakit," kata Menteri Kesehatan Mehmet Muezzinoglu melalui siaran televisi sambil menambahkan setidaknya seorang penyerang termasuk dalam jumlah kematian itu.
Ledakan pada pukul 06.43 petang waktu setempat terjadi di dekat Guven Park di tengah Kota Ankara, hanya beberapa puluh meter dari Kedutaan Inggris. Rekaman CCTV yang diunggah ke YouTube menunjukkan sebuah mobil sedang menyalip dua bus sebelum bergerak perlahan dan meledak.
Ledakan ini terjadi hanya tiga pekan setelah bom bunuh diri menyerang beberapa bus yang membawa anggota militer. Dalam kejadian itu, 29 orang tewas. Sebuah kelompok militan Kurdi, yang merupakan bagian dari kelompok pemberontak terlarang, Partai Pekerja Kurdistan, mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Bom juga meledak dua hari setelah Kedutaan Besar Amerika mengeluarkan peringatan keamanan mengenai adanya rencana penyerangan bangunan pemerintah dan masyarakat Turki di Ankara. Kedutaan Amerika meminta warga menjauhi area tersebut.
Ratusan orang tewas di Turki dalam pertempuran setelah runtuhnya proses perdamaian antara pemerintah dan pejuang Partai Buruh Kurdistan (PKK) pada Juli 2015.
EURO NEWS|FOX NEWS|BBC|YON DEMA