TEMPO.CO, Bagdad - Pasar telepon seluler di Kota Sadr, Bagdad, Irak, berubah menjadi genangan darah pada Minggu, 28 Februari 2016. Bom kembar yang diledakkan milisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) telah membunuh 70 orang dan melukai lebih dari seratus lain.
Menurut sumber di kepolisian, bom bunuh diri itu dilakukan sejumlah orang yang mengendarai sepeda motor. Kelompok itu melakukan bom bunuh diri di tengah keramaian pasar yang menjajakan telepon seluler.
Baca juga: Donald Trump Ancam Akhiri Kemerdekaan Pers Amerika Serikat
Saksi, seperti dikutip Huffington Post, 28 Februari 2016, menyaksikan darah menggenang di tanah. Sandal, sepatu, dan telepon seluler berserakan di lokasi ledakan.
Ledakan di pasar kota yang merupakan tempat tinggal muslim Syiah ini diklaim sebagai yang terburuk yang pernah terjadi di dalam Kota Bagdad tahun ini.
Dalam pernyataannya, ISIS mengaku bertanggung jawab atas ledakan bom itu. "Pedang kami tidak akan berhenti memenggal kepala orang-orang musyrik di mana pun mereka berada," ujar ISIS. Pernyataan itu ditujukan kepada muslim Syiah.
Baca juga: Pesta Ultah Presiden Mugabe Habiskan Rp 13,4 Miliar
Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi menyebutkan ISIS yang baru-baru ini menyerah bertanggung jawab atas ledakan itu. Melalui akun Facebook-nya, Al-Abadi menyatakan ISIS sebagai gangster yang menjelang kekalahannya menargetkan warga sipil.
Pada subuh hari yang sama, ledakan bom bunuh diri ISIS juga terjadi di markas keamanan pasukan Irak di Abu Ghraib. Ledakan ini menewaskan 17 orang dari pasukan bersenjata Irak.
HUFFINGTON POST | MARIA RITA