TEMPO.CO, Ankara - Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu menuduh pemberontak Kurdi Suriah bekerja sama dengan milisi Kurdi di Turki mendalangi serangan bom mobil bunuh diri yang menewaskan 28 orang di ibu kota Ankara.
Seperti dikutip dari laman Reuters, sebuah mobil meledak di samping bus militer yang sedang berhenti di lampu lalu lintas dekat markas angkatan bersenjata, gedung parlemen, dan gedung pemerintahan lain. Insiden itu terjadi tepat di jantung administrasi Ankara pada Rabu, 17 Februari 2016.
Perdana Menteri Davutoglu mengatakan serangan itu sebagai bukti nyata bahwa kelompok YPG--milisi Kurdi Suriah yang didukung Amerika Serikat dalam memerangi kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Suriah utara--adalah organisasi teroris Turki, anggota NATO, yang mengharapkan kerja sama dari sekutunya untuk memerangi kelompok tersebut.
Namun perlu diingat bahwa YPG dianggap oleh Ankara sebagai kekuatan pemberontak yang sangat berkaitan dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK).
Dalam beberapa jam saja, pesawat-pesawat tempur Turki dilaporkan telah mengebom pangkalan PKK di Irak utara. PKK telah melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Turki selama tiga dasawarsa.
"Angkatan bersenjata Turki akan terus menembak pemberontak," kata Davutoglu. Ia menegaskan, mereka yang bertanggung jawab harus membayar harga yang pantas.
"Serangan kemarin langsung menargetkan Turki dan pelaku adalah YPG dan organisasi teroris PKK. Semua langkah yang diperlukan akan diambil terhadap mereka," kata Davutoglu dalam pidato yang disiarkan televisi.
Presiden Tayyip Erdogan juga mengatakan temuan awal menunjukkan milisi Kurdi Suriah dan PKK berada di belakang pengeboman itu. Presiden menyebutkan, 14 orang telah ditahan.
Ini merupakan serangan terbaru dari serangkaian serangan bom dalam satu tahun terakhir di wilayah Turki, yang serangan-serangan sebelumnya dituduhkan pada ISIS.
REUTERS | MECHOS DE LAROCHA