TEMPO.CO, Istanbul – Serangan bom ke pusat wisata di Istanbul, Turki, pada Selasa, 12 Januari 2016, oleh anggota Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) bertujuan melemahkan perekonomian Turki. Diperkirakan, dampak dari insiden tersebut, Turki bakal kehilangan pemasukan sebesar US$ 30 juta atau setara dengan Rp 416 miliar dari sektor wisata.
Salah satu reaksi akibat ledakan mematikan di dekat Masjid Biru, Istanbul, itu dikeluarkan oleh pemerintah Jerman. Warga Jerman di Istanbul diminta menghindari kerumunan massa dan tempat wisata lainnya.
Serangan yang dilakukan oleh seorang pria warga negara Arab Saudi berusia 28 tahun itu diidentifikasi oleh polisi sebagai anggota ISIS. Dia meledakkan bom dekat kerumunan wisatawan asal Jerman yang mengakibatkan 10 orang tewas dan 15 lainnya luka-luka.
Ledakan bom bunuh diri yang menghantam sisi kanan sebuah tugu lancip berusia 3.500 tahun dan beberapa meter dari Masjid Biru itu juga melukai distrik bersejarah Istanbul. Tak jauh dari lokasi kejadian, penjaga toko menerangkan, dia mendengar suara ledakan dan melihat sejumlah orang berlarian meninggalkan tempat tersebut. “Kami kira candela toko akan hancur,” ucapnya kepada TIME.
Seluruh korban tewas adalah warga negara asing. Delapan di antaranya warga Jerman. “Selama beberapa tahun, kami warga Jerman, belum pernah dihantam serangan yang begitu keras oleh teroris, sebagaimana yang terjadi di Istanbul saat ini,” kata Menteri Luar Negeri Frank-Walter Steinmeier. Lebih dari 5 juta warga Jerman mengunjungi Turki tahun lalu.
Perdana Menteri Tukri, Ahhmet Davutoglu, menyampaikan duka cita mendalam kepada Kanselir Jerman Angela Merkel. Dalam sebuah pernyataan, pelaku bom bunuh diri, seperti disampaikan oleh polisi bernama Nabil Fadli, adalah anggota ISIS. Namun demikian, hingga kini, ISIS belum menyatakan bertanggung jawab atas serangan tersebut.
TIME | CHOIRUL AMINUDDIN