TEMPO.CO, Damaskus – Palang Merah Internasional berharap segera tiba di Madaya, daerah yang dilanda kelaparan di Suriah. "Konvoi pembawa bantuan sedang dipersiapkan menuju kota tersebut," kata Dibeh Fakhr, juru bicara Palang Merah Internasional. “Kami berharap bisa menjangkau Kota Fuah dan Kefraya. Tidak seperti Madaya, kota ini loyal terhadap Assad."
Seorang perwakilan Palang Merah Internasional mengatakan kepada CNN pada Jumat, 8 Januari 2016, mereka akan membawa sejumlah bantuan kemanusiaan ke kota-kota yang dikuasai pemberontak dalam beberapa hari mendatang.
Madaya, sebagaimana penjelasan Palang Merah, dilaporkan telah menjadi kota berpenduduk paling buruk akibat kelaparan. Warga di sana makan sup berbahan baku daun dan rumput.
Warga Kota Maaret al-Numan, Idlib, Suriah, berdemo menuntut dibukanya pengepungan Kota Madaya, 8 Januari 2016. Akibat kelaparan, dua atau tiga warga Madaya meninggal setiap hari, dan sekitar 50 lainnya pingsan atau menderita sakit parah. (REUTERS/Khalil Ashawi)
Dibeh Fakhr mengatakan bantuan yang hanya dikirimkan sekali-sekali tak akan menjadi solusi. "Bantuan kemanusiaan harus terus-menerus diberikan kepada kawasan yang menderita. Kami membutuhkan akses ke sana secara reguler.”
Situasi di Madaya, kata Fakhr, sangat mengerikan. Meskipun bantuan makanan dan obat-obatan tersedia, harga barang tetap melambung tinggi. Sebagai contoh, harga tepung terigu di Damaskus Rp 13 ribu per kilogram. Adapun di Madaya, barang yang sama dihargai Rp 1,3 juta per kilogram. Sedangkan susu di Damaskus dijual US$ 1,06 per liter atau setara dengan Rp 14 ribu per liter, tapi di Madaya senilai US$ 300 atau sekitar Rp 4 juta (dengan kurs Rp 13.820).
CNN | CHOIRUL AMINUDDIN