TEMPO.CO, Teheran - Menteri Luar Negeri Iran mengutuk serangan terahadap Akademi Kepolisian Libya yang menewaskan sedikitnya 60 orang dan melukai lebih dari 200 korban lainnya pada kamis, 7 Januari 2016.
"Kami mengutuk keras serangan yagn mengakibatkan situasi keamanan di negara Afrika Utara itu kian buruk," ucap juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Hossein Jaberi Ansari kepada media, Kamis, 7 Januari 2016.
Pejabat Iran lainnya yang tak bersedia disebutkan namanya, menilai situasi keamanan di Libya mulai terpecahkan setelah dilakukan dialog berdasarkan kepentingan masing-masing di sana. "Republik Islam Iran selalu memperingatkan mengenai situasi negara bila dikuasai oleh kaum teroris," kata Menteri Luar Negeri Iran dalam sebuah pernyataan.
Insiden mematikan berlangsung pada Kamis, 7 Januari 2016, ketika sebuah bom truk menghajar pusat pelatihan polisi di Kota Zliten, Libya, menewaskan setidaknya 60 orang. Kelompok bersenjata yang berafiliasi terhadap ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Libya berjuang menegakkan stabilitas keamanan sejak 2011 ketika diktator negara itu, Muammar Qadhafi, tumbang. Sejak itu, muncul kelompok-kelompok bersenjata di Libya yang saling bertikai berebut kekuasaan.
Pada Februari 2015, sebagian besar Kota Sirte di utara Libya jatuh ke tangan ISIS, kelompok bersenjata yang mendirikan kekuasaan di wilayah Irak dan Suriah.
PRESS TV | CHOIRUL AMINUDDIN