TEMPO.CO, Yerusalem - Israel dan Turki telah sampai pada sebuah kesepakatan awal untuk memulai memperbaiki hubungan diplomatik sepenuhnya setelah bertahun-tahun terjerumus ke jurang kebekuan. Keterangan tersebut disampaikan pejabat Israel kepada media pada Kamis, 17 Desember 2015.
Kedua negara, jelas pejabat yang tak bersedia disebutkan namanya, sempat mengalami ketegangan menyusul serangan mematikan pada 2010 yang dilakukan pasukan komando Israel terhadap aktivis Turki yang berada di kapal penumpang Mavi Marmara untuk tujuan Jalur Gaza. “Kapal tersebut memasuki perairan yang diblokade angkatan laut Israel,” ucapnya.
Mavi Marmara adalah kapal penumpang pembawa bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina di Gaza yang diserang oleh pasukan komando Israel menyebabkan sembilan aktivis tewas. Belakangan, aktivis ke-10 juga tewas setelah mengalami luka serius.
Pejabat Israel lainnya, yang juga tak mau disebutkan identitasnya, menerangkan, Israel akan memberikan bantuan kompensasi kepada keluarga korban pembunuhan di Kapal Marvi Marmara.
“Israel akan memberikan kompensasi sekitar US$ 20 juta atau setara dengan Rp 278 miliar kepada keluarga korban,” tulis sejumlah media Israel. Namun juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Emmanuel Nahshon, mengatakan angka pemberian kompensasi belum ditetapkan.
Dari Turki, diperoleh keterangan negara tersebut membatalkan tuntutan kejahatan terhadap pejabat Israel dan setuju mencegah pemimpin Hamas, gerakan Islam yang menguasai Gaza, memasuki Turki. Selama ini Israel menuduh pemimpin Hamas, Saleh al-Arouri, menjadi otak penyerangan terhadap warga Israel di tepi barat melalui Turki.
“Kedua negara juga sepakat akan membuka kantor kedutaan masing-masing di ibu kota negara serta mendiskusikan pembangunan pipa jalur gas alam dari Israel menuju Turki,” kata pejabat Israel.
Kesepakatan ini diumumkan beberapa hari setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan kepada wartawan bahwa rekonsiliasi akan menjadi baik bagi kami, Israel, Palestina, dan kawasan Timur Tengah.
NEW YORK TIMES | CHOIRUL AMINUDDIN