Ada diantara mereka yang telah lama mengikuti jaringan informal ekstremis, dan melakukan kekerasan. Sebagian diantara kelompok jaringan ini mengirim anggotanya ke Suriah.
Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah pelaku kekerasan biasa disebut sebagai 'lone wolves'. Antara lain Mohammed Merah, yang menembak tujuh orang di Toulouse dan Montauban tahun 2012. Atau Mehdi Nemmouche, yang membunuh empat orang di museum Yahudi di Brussels, Keduanya memiliki link ke kelompok luar negeri.
SIMAK: Serangan Teror di Paris Guncang Komisi Eropa dan NATO
Banyak penyerang yang tidak terlatih dapat melakukan pemmbunuhan mematikan seperti layaknya seorang profesional. Namun serangan Jumat kelabu di berbagai lokasi di Paris itu membutuhkan koordinasi, persiapan dan banyak sumber daya untuk beroperasi. Hal ini tidak mungkin dilakukan oleh orang-orang amatiran semata.
Beberapa taktik teroris atau targetnya bisa sepenuhnya asli. Namun kombinasi dari berbagai unsur yang berbeda sering merupakan inovasi.
Taktik serangan di Paris boleh jadi mengadopsi serangan di Mumbai, India pada tahun 2008. Ketika itu, sekelompok orang menyerbu hotel, kafe, tempat ibadah Yahudi dan stasiun kereta. Sejak insiden Mumbai, aparat keamanan khawatir serangan teroris model ini akan terjadi negara-negara Barat.
Boleh jadi target serangan Paris pada Jumat malam, memiliki pesan tertentu. Lokasi-lokasi itu bukanlah wilayah yang ketat penjagaan keamanannya seperti kedutaan, tempat wisata, atau toko-toko mewah, atau museum.
Kecuali Stade de France, lokasi serangan adalah tempat-tempat sederhana di Paris dan kurang eksklusif, lingkungannya lebih multikultural dengan nuansa Timur. Bisa jadi lokasi ini jadi pilihan atau mungkin para teroris lebih mengenal dari daerah itu.
GUARDIAN | UWD
Baca juga:
TEROR PARIS: 5 Fakta Penting yang Perlu Anda Tahu
Tujuh Alasan Paris Menjadi Sasaran Serangan Teror Ekstremis