TEMPO.CO , Jakarta: Indonesian Street Festival sukses digelar di jalan 68th Street, New York, Amerika Serikat pada Sabtu, 22 Agustus 2015. Lebih dari 2000 warga Indonesia, New York dan turis mancanegara menikmati kesenian tradisional dan kuliner dari berbagai daerah di Tanah Air.
"Hebat festival ini bisa digelar di Manhattan, wilayah paling elit di New York," kata Prasetyo, warga Indonesia yang telah 30 tahun bermukim di Amerika Serikat kepada Konsul Penerangan, Sosial dan Budaya KJRI New York Benny YP Siahaan. "Seperti mimpi, ada festival Indonesia di sini," kata warga lain yang telah 40 tahun hidup di Amerika.
Memang, festival dalam rangka Dirgahayu Indonesia ke-70 ini pertama kali diadakan di New York. Festival dibuka Konjen RI New York dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya pada pukul 10.00. Setelah itu ditampilkan berbagai tarian daerah seperti saman, tari tor-tor, giring-giring, pakarena, dan fashion show aneka busana Nusantara.
Menurut Benny, untuk memberikan edukasi bagi pengunjung tentang budaya Indonesia disediakan pula berbagai workshop membatik, kaligrafi Jawa serta face painting bagi anak-anak.
Para pengunjung juga menikmati aneka kuliner, antara lain nasi rawon, lalampa, ayam taliwang, nasi kapau, rendang, dan rujak cingur. Tidak ketinggalan berbagai jajanan pasar seperti lemper, lapis surabaya, es cendol, pempek, dodol, wajik, dan asinan betawi.
Acara bertema “Journey to Indonesia” yang berlangsung pukul 10.00 hingga 17.00.
Jalan 68th Street yang panjangnya 100 meter dengan lebar 12 meter dimana berada kantor KJRI, ditutup untuk acara ini. Lokasi ini diapit pusat perbelanjaan tersohor dunia Fifth Avenue dan Madison Avenue serta berseberangan dengan taman Central Park.
Bagaimana KJRI mampu menutup jalan selama 7 jam di kawasan elit dan padat itu ?
"Proses mengurus izinnya berbulan-bulan," kata Benny Siahaan yang bersama Ketua Perwakrin, Suko Prasetyo, menggagas acara ini pada Januari 2015. Pada Maret lalu, panitia harus mempresentasikan panel city board New York. Setelah itu membayar asuransi keramaian. Mereka juga harus mendapat sound permit dari kepolisian New York.
Karena festival ini menjajakan makanan, maka setiap vendor harus mendapat lisensi dari FDA. Menurut Benny, Wali Kota New York punya kebijakan akan memberitahu apakah izin itu dapat diberikan atau tidak sekitar dua pekan sebelum acara. "Izin Indonesian Street Festival baru keluar 14 Agustus sore. Ini yang membuat panitia was-was menyiapkan diri," katanya kepada Tempo melalui surat elektronik, Minggu, 23 Agustus 2015. Apalagi ada ramalan cuaca bakal hujan.
Panitia diberi waktu 2 jam untuk menyiapkan festival dan 1 jam untuk membongkar dan membersihkan semua peralatan serta sampah yang ada. Sore hari acara selesai. Semua peralatan telah dikemas, dan lokasi festival bersih sebelum tim sanitasi kota datang pukul 18.00. "Ini semua berkat bantuan Tuhan dan kerja sama tim di kepanitiaan," kata Benny yang pernah bertugas di Perwakilan Tetap RI di Jenewa.
Tim sanitasi memberikan kategori negatif complaint atas kebersihan lokasi. Begitu juga tidak ada keberatan dari tetangga di jalan itu. Bayangkan, kata Benny, jika panitia terlambat membersihkan lokasi maka izin Indonesian Street Festival di tahun depan tidak bakal diberikan.
Ribuan pengunjung menikmati kuliner dan atraksi kesenian dari berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, mereka juga mengagumi gedung KJRI New York yang dibangun tahun 1891 dan salah satu cagar budaya kota New York (landmark building) karena arsiteknya yang unik. Kabarnya, gedung ini merupakan pilihan langsung Presiden Soekarno yang terkenal memiliki selera seni tinggi.
UNTUNG WIDYANTO