TEMPO.CO, Jakarta - Rusia tak bisa mengesampingkan kekhawatir ketegangan di Timur Tengah akan memburuk usai serangan Iran ke Israel pada Minggu, 14 April 2024. Kementerian Luar Negeri Rusia menyebut pihaknya telah berulang kali memberi peringatan terkait krisis yang tak kunjung berakhir di kawasan Timur Tengah, khususnya konflik Palestina-Israel.
“Kami menyatakan keprihatinan yang luar biasa terhadap eskalasi berbahaya di kawasan ini. Kami telah berulang kali memperingatkan tingginya krisis yang belum tuntas di Timur Tengah, terutama di ranah perang Palestina-Israel, yang kerap kali dipicu oleh tindakan provokatif tidak bertanggung jawab, yang akan memperburuk ketegangan,” demikian keterangan Kementerian Luar Negeri Rusia dalam keterangannya, Minggu, 14 April 2024.
Sehari sebelum serangan Iran ke Israel, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dilaporkan bertelepon dengan Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran Hossein Amirabdollahian atas permintaan Tehran. Keduanya membahas situasi di Timur Tengah.
Dalam percakapannya, Lavrov menegaskan kembali kecaman kerasnya terhadap serangan udara Israel ke kantor konsulat Iran di Damaskus, Suriah. Dia menyebut hal itu seperti pembunuhan politik. Menurutnya, setiap serangan terhadap konsulat atau situs diplomatik yang dijamin oleh Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik Tahun 1961 tidak dapat diganggu gugat, sama sekali tidak dapat dibenarkan.
Iran telah menembakkan rudal dan sistem udara tak berawak (drone) ke wilayah Israel sebagai upaya membela diri yang diatur dalam Pasal 51 Piagam PBB. Hal itu merupakan reaksi Iran atas serangan Israel terhadap sasaran Iran, termasuk serangan ke kantor konsulat Iran di Damaskus, Suriah, pada Senin, 1 April 2024. Rusia mengecam keras serangan Israel ke konsulat Iran tersebut.
“Sayangnya, akibat sikap yang diambil oleh negara-negara Barat, Dewan Keamanan PBB tidak dapat menanggapi dengan tepat terhadap serangan ke misi konsulat Iran,” demikian keterangan Kementerian Luar Negeri Rusia.
Rusia juga menyerukan semua pihak yang terlibat dalam konflik untuk menahan diri. “Kami berharap negara-negara di kawasan untuk menyelesaikan permasalahan melalui cara-cara politis dan diplomatis. Kami yakin bahwa penting bagi para pemain internasional yang berpikiran konstruktif untuk berkontribusi dalam aksi ini.”
Iran dan Rusia diketahui merupakan dua negara yang bersahabat sejak lama. Rusia belakangan ini mempererat kerja sama di bidang pertahanan dan ekonomi, yang diperkirakan sebagai bagian dari usaha Rusia dalam menghadapi berbagai sanksi ekonomi dari negara-negara Barat atas invasi ke Ukraina sejak dua tahun lalu.
Tak Ingin ada perang
Michelle Grise peneliti kebijakan senior dari RAND mengatakan Rusia telah menghabiskan satu dekade terakhir untuk memperkuat pengaruhnya di wilayah Timur Tengah. Rusia seringkali memanfaatkan konflik lokal, seperti saat perang saudara di Libya dan menyelamatkan rezim Assad di Suriah pada 2015.
Rusia juga memperluas pengaruhnya di Suriah dengan membangun pangkalan militer di Tartus dan Khmeimim. Setelah penarikan tentara Amerika Serikat dari Rusia pada 2019, Rusia pun mengambil alih posisi dan mendapatkan kendali atas wilayah timur laut negara itu. Di tahun yang sama, Rusia mengadakan latihan angkatan laut gabungan dengan Mesir dan mendirikan pembangkit listrik tenaga nuklir pada awal tahun 2024.
Meskipun memanfaatkan ketidakstabilan Suriah dan Libya, Rusia dinilai tidak dalam posisi yang sama saat perang Israel-Hamas meningkat. Hal itu terjadi karena fokus Rusia atas invasi ke Ukraina belakangan ini. Rusia kini dinilai tidak mempunyai kapasitas besar untuk berperan sebagai penstabil kekuatan di Timur Tengah.
Hubungan Rusia dan Iran yang semakin kuat dianggap menjadi pertanda negatif. Rusia mungkin menyadari bahwa perannya di masa depan terhadap Iran tidak akan begitu besar. Meningkatnya konflik antara Israel dan Iran akan membatasi kemampuan Iran untuk memasok senjata ke Rusia.
Selain itu, konflik Timur Tengah yang lebih luas dianggap mengkhawatirkan bagi Rusia karena dapat memberikan peluang bagi Cina untuk bertindak sebagai mediator. Perang Ukraina telah berpengaruh besar terhadap ketergantungan Rusia pada Cina. Rusia akan sangat sensitif terhadap aksi Cina yang mungkin melanggar pengaruhnya di Timur Tengah.
MELYNDA DWI PUSPITA | rand.org
Pilihan editor: Arab Saudi Diduga Ikut Menangkis Rudal Iran ke Israel
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini