TEMPO.CO, Ottawa - Kanada meloloskan undang-undang anti-teror yang secara drastis memperluas kekuasaan lembaga mata-matanya. Dengan kewenangan baru ini, badan intelijen Kanada bisa mencegat transfer dana dan membajak akun Twitter. Tapi para kritikus khawatir hal itu akan "mengikis" kebebasan mereka.
Parlemen Kanada, Rabu malam (6/5/2015), meloloskan undang-undang anti-teror yang secara drastis akan memperluas kekuasaan lembaga intelijen dan memungkinkannya beroperasi di luar negeri untuk pertama kalinya.
Undang-undang ini dimaksudkan "untuk melindungi Kanada dari kegiatan yang mengancam keamanan," begitu bunyi teks dalam rancangan itu.
Undang Undang Anti-Terorisme, juga dikenal sebagai Bill C-51, memungkinkan Canadian Security Intelligence Service (CSIS) mencegat dan membatalkan transaksi keuangan, mencegah tersangka menaiki pesawat udara, dan melakukan "kontra-pesan secara online", termasuk mengambil alih akun Twitter yang digunakan untuk merekrut jihadis.
RUU ini pertama kali diusulkan pada Februari 2015 untuk menanggapi dua serangan di daratan Kanada yang menyebabkan dua tentara tewas pada 2014. Setidaknya enam warga Kanada tewas dalam pertempuran di Irak dan Suriah selama dua tahun terakhir.
"Kita perlu memastikan bahwa jihadis teroris internasional yang mengancam kita bisa dicegah dari bertindak dengan mengisi kesenjangan dalam praktek berbagi informasi kami," kata Menteri Keamanan Publik, Stephen Blaney, di parlemen.
Undang-undang baru ini juga memperluas kemampuan agen mata-mata negara itu untuk mengumpulkan informasi intelijen dan menggagalkan serangan teroris di luar perbatasan Kanada.
Sebelum disahkan, rancangan ini secara luas dikritik oleh aktivis dan tokoh masyarakat. Banyak orang, termasuk penulis terkenal Margaret Atwood, mengecam rancangan undang-undang ini karena kurang dalam pengawasan dan berpotensi mengancam warga biasa.
Anggota parlemen, Randall Garrison, politikus dari Partai Demokrat Baru, juga menyuarakan keprihatinannya di parlemen sebelum rancangan itu disahkan. "Ribuan orang Kanada turun ke jalan untuk memprotes RUU yang akan mengikis hak-hak dan kebebasan kita ini," kata Garrison.
"Orang-orang ini tidak ingin rasa takut bisa menang atas nilai-nilai yang memandu demokrasi kita," Garrison menambahkan.
DEUTSCHE WELLE | ABDUL MANAN