TEMPO.CO, Jakarta - Kantor majalah mingguan Charlie Hebdo yang diserang oleh kelompok teroris pada Rabu, 7 Januari 2015, di Paris, Prancis, merupakan majalah satire atau kerap menyindir melalui tulisan dan karikatur. Charlie Hebdo kerap menerbitkan artikel yang ekstrem tentang Katolik, Islam, Yahudi, politik, budaya, dan lainnya.
Mengutip informasi dari Washington Post, Charlie Hebdo terbit pada 1969 sampai 1981. Majalah ini sempat tutup kemudian terbit lagi pada 1992. Pemimpin Redaksi Charlie Hebdo Stéphane Charbonnier, atau Charb, tewas dalam serangan tersebut. (Baca: Charlie Hebdo Diserang, Pena dan Rokok Bicara)
Majalah Charlie Hebdo punya motto: “All components of left wing puralism, and even abstainers”. Majalah mingguan ini sudah dua kali diserang. Serangan pertama terjadi pada 2 November 2011 saat kantor majalah tersebut dilempari bom. Tak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. "Ini merupakan pertama kalinya kami diserang, tetapi kami tidak mau hal ini mempengaruhi kami,” kata Charb setelah serangan pada November 2011 itu. (Baca: Soal Charlie Hebdo, Ini Kata Penulis Ayat Setan)
Serangan kedua terjadi pada 7 Januari 2015. Penyerangan ini diduga merupakan respons atas edisi Charlie Hebdo yang memuat sampul bergambar kartun Muhammad yang sedang berkata: "100 lashes of the whip if you don't die laughing." (Baca: 4 Kartunis Nyentrik Korban Serangan Charlie Hebdo)
Serangan yang terjadi saat rapat redaksi ini mengakibatkan 12 orang tewas, 4 orang luka parah, dan 11 orang luka ringan. Charb dan empat kartunis--Cabu, Honoré, Tignous, dan Wolinski--tewas. Dua polisi juga terbunuh dalam peristiwa ini. (Baca: Serangan 'Pembalasan Nabi', Kesaksian Warga Paris)
Pada 2001, Charlie Hebdo pernah dituntut oleh dua kelompok Islam Prancis karena menggambarkan kartun Nabi Muhammad. Namun tuntutan itu ditolak dengan alasan kartun dilindungi oleh hukum kebebasan berekspresi, dan mereka tidak menyerang Islam tetapi fundamentalis. (Baca: Kartunkan Muhammad, Charlie Hebdo Dikritik Obama)
Pada September 2012, Charlie Hebdo juga menerbitkan kartun satire seri Muhammad. Lantaran gambar karikatur ini diterbitkan beberapa hari setelah serangkaian serangan terhadap berbagai kantor perwakilan Amerika Serikat di sejumlah negara, polisi Prancis menghubungi kantor Charlie Hebdo untuk mempertimbangkan penerbitan majalah tersebut. Redaksi Charlie Hebdo menolak permintaan itu. (Baca juga: Penyerang Charlie Hebdo Kakak-Adik, Siapa Dia?)
CININTYA SYAKYAKIRTI | WASHINGTON POST
Topik terhangat:
AirAsia | Banjir | Natal dan Tahun Baru | ISIS | Susi Pudjiastuti
Berita terpopuler lainnya:
Ekor Air Asia Ditemukan di Dasar Laut
Kutipan Utuh Fatwa Boleh Interupsi Khotbah Ngawur
Menteri Jonan: Kenapa Saya Harus Tunduk Singapura?