TEMPO.CO, Qamishi – Desakan kelompok militan Negara Islam (Islamic State)--lebih dikenal dengan nama Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS)--tak lantas membuat kaum minoritas Yazidi yang bermukim di Pegunungan Sinjar tinggal diam. Mereka turut membantu pasukan Kurdi melawan pasukan ISIS.
Mengenakan seragam militer hijau, kaum laki-laki, baik tua maupun muda, diajarkan cara menggunakan senapan serbu dan granat roket oleh pasukan Kurdi Suriah. Latihan dilakukan di sebuah kamp pelatihan di pangkalan militer Qamishli di bagian timur laut Suriah yang berbatasan dengan Kurdistan Irak, Sabtu, 16 Agustus 2014.
“Kaum Yazidi ingin tinggal di Suriah karena lebih aman, tapi para relawan benar-benar ingin kembali ke Irak untuk melawan gempuran ISIS,” kata Anas Hani, anggota pasukan Unit Pertahanan Rakyat (YPG), kepada Reuters, Ahad, 17 Agustus 2014. (Baca: Terdesak ISIS, Etnis Yazidi Mengungsi ke Suriah)
Anas menuturkan saat ini ada beberapa kamp pelatihan bagi relawan Yazidi yang ingin berperang melawan ISIS. “Dalam sepuluh hari terakhir, ratusan relawan telah lulus pelatihan. Dan kami masih melatih lebih dari jumlah itu,” tuturnya.
Dalam laporan pekan lalu disebutkan bahwa ISIS telah menewaskan sekitar 500 warga Yazidi. Mereka juga mengubur beberapa korban hidup-hidup, termasuk perempuan dan anak-anak. Tak hanya itu, sekitar 300 perempuan diculik dan dijadikan budak. (Baca: ISIS Kubur Hidup-hidup Anak dan Perempuan Yazidi)
Etnis minoritas yang menghuni wilayah Pegunungan Sinjar ini menjadi target serangan Negara Islam lantaran dianggap sebagai masyarakat “pemuja setan”. Kelompok tersebut memaksa warga Yazidi memilih: masuk Islam atau mati.
ANINGTIAS JATMIKA | REUTERS
Terpopuler
Tolak Baiat ISIS, 700 Warga Sheitat Dipenggal
Amerika Diguncang Kerusuhan Berbau Rasis
Cara Kristiani Tangkal ISIS di Media Sosial