TEMPO.CO, Manila - Pemerintah Filipina dan kelompok pemberontak muslim terbesar di negeri itu bersiap menandatangani kesepakatan damai bersejarah setelah berunding selama 17 tahun. Pertempuran di antara kedua pihak selama puluhan tahun menyebabkan setidaknya 120 ribu orang tewas di pulau selatan Mindanao.
Kesepakatan antara pemerintah Presiden Benigno Aquino dan Front Pembebasan Islam Moro (MILF) akan diteken pada Kamis, 27 Maret 2014, di Istana Presiden di Ibu Kota Manila.
"Pencapaian ini sekali untuk seumur hidup," demikian pernyataan MILF. "Kerja keras yang kompleks dan hampir sia-sia ini tidak dapat diulang dalam satu generasi."
Dalam kesepakatan itu, disetujui bahwa pemerintah otonom Bangsamoro memiliki anggaran dan kepolisian sendiri serta badan transisi akan dibentuk guna melaksanakan pemilihan umum lokal pada 2016.
"Kami berharap dengan tujuan tunggal mencapai perdamaian dan pembangunan di wilayah ini, kita bakal dapat menembus semua perbedaan dan menyatukan semua orang," kata Miriam Ferrer, kepala juru runding pemerintah, kepada Al-Jazeera.
Aquino dan pemimpin MILF, Al Haj Murd Ebrahim, bertindak selaku penandatangan yang disaksikan Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, selaku mediator utama dalam perundingan.
Lebih dari 500 pemberontak juga diundang dalam acara penandatanganan itu, selain para pejabat Filipina dan diplomat negara asing.
AL JAZEERA | CHOIRUL
Terpopuler
Cina 'Musuh Dalam Selimut' Saat Pencarian MH370
Terdeteksi 122 Obyek, Puing MH370?
Radar TNI yang Mungkin Memantau Malaysia Airlines
Komentari MH370 di Facebook, Pilot AirAsia Diskors