Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Misa Arwah dan Dansa Sang Putri (5)

image-gnews
Isabelinha Pinto dibangku ibu kandungnya dalam acara adat dipangku berurutan di Dili, 23 Desember 2009. Dok. Pribadi Isabelinha
Isabelinha Pinto dibangku ibu kandungnya dalam acara adat dipangku berurutan di Dili, 23 Desember 2009. Dok. Pribadi Isabelinha
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sepanjang periode 1975 hingga 1999, tatkala Timor Leste menjadi bagian dari Indonesia, ribuan anak Timor Leste dibawa ke Indonesia dengan kapal.  Mereka diangkat menjadi anak oleh keluarga-keluarga tentara. Ada yang dititipkan ke panti asuhan hingga pesantren.   

Disertasi doktoral Helene van Klinken di University of Queensland, Australia, yang diterbitkan menjadi buku Making Them Indonesians, Child Transfer Out of East Timor pada 2012, mengungkapkan di Indonesia mereka “dipaksa” berasimilasi dengan Indonesia. Tempo melakukan penelusuran terhadap anak-anak tersebut,yang kini telah dewasa dan menemukan kembali keluarga aslinya.Berikut tulisan kelima dari enam tulisan yang disajikan disini.

Dalam mimpinya, Isabelinha Pinto, 40 tahun, melihat rumahnya di Bekasi diterjang tsunami. Anehnya, tsunami itu berasal dari Laut Timor. Esok harinya ia merasakan semilir angin seperti suasana di padang savana Timor. Kejadian-kejadian itu membuatnya semakin gundah. Doa Novena Salam Maria yang ia deraskan malam tak menenangkan pikirannya. Keinginan bertemu dengan orang tua kandungnya muncul tiba-tiba pada 13 Juni 2009 itu. (Baca: Kisah Mengindonesikan Paksa Anak Timor Leste (1))

Perpisahan Linha dengan keluarganya terjadi saat usianya menginjak enam tahun. Ibunya Balbina da Costa Soares dan tantenya Manakau mengantarnya ke Pelabuhan Laga, Baucau, pada 1980. Di sana mereka berpisah. Linha dibawa seorang sersan muda keturunan Manado, YS. Dia diangkat secara sah dengan surat resmi. Surat itu ditandatangani oleh ayahnya, Manuel de Jesus Pinto, pejabat setingkat kecamatan dan beberapa petinggi ABRI. Dia diangkat anak karena si sersan tak punya anak perempuan. Dia juga dijanjikan akan mendapat pendidikan seperti yang diinginkan keluarganya.

Kapal meninggalkan Pelabuhan Laga. Linha kecil merasa sedih, takut, dan menangis sepanjang perjalanan. Dia melihat banyak anak-anak sebayanya di kapal. Sebagian dari mereka menangis. Di tengah laut, mereka berpindah kapal tentara yang lebih besar. Mereka diancam jika terus menangis akan dibuang ke laut.

Setiba di Surabaya, Linha mengingat ada petugas yang bertanya apakah mereka anak-anak yang dijual kepada tentara. Linha dilarang bersuara oleh YS. Kapal meneruskan perjalanan hingga ke Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Linha kemudian bersama YS menuju sebuah asrama tentara di daerah Rawalumbu, Bekasi, Jawa Barat.
Linha tinggal di asrama itu bersama keluarga barunya hingga 1984. (Baca: Identitas Ribuan Anak Timor Leste Diganti (2))

Sejak awal dia merasa tak kerasan di rumah itu karena ibu angkatnya tak menyukai kehadirannya. Dia tumbuh bersama lima anak laki-laki keluarga angkatnya. Dia sering diperlakukan kasar dan diskriminatif. Dia harus bangun pukul 04.00 pagi dan disuruh mencuci pakaian keluarga itu. Dia juga mengaku hanya diberi makan sehari sekali dan sering mengambil susu persediaan tentara ketika mereka sedang berlatih.

Linha pernah juga dibawa ke keluarga ayah angkatnya di Manado. Di sana pun dia juga tak disukai. Ketika mulai masuk SMP, keluarga di Manado mengaku tak mau lagi membiayai sekolahnya. Dia pun dipindahkan ke keluarga lainnya. Namun sepupu ayah angkatnya lalu memintanya tinggal di rumahnya. Di sini Linha merasa sedikit tenang dan kerasan. “Mereka punya dua anak laki-laki dan saya diperlakukan dengan baik,” ujarnya.

Linha diminta kembali ke Bekasi saat duduk di bangku SMA kelas dua. Rupanya waktu tak menghapuskan rasa benci ibu angkatnya dan beberapa saudara angkatnya. Yang membuat Linha semakin tak kerasan adalah pelecehan-pelecehan seksual yang diterima dari ayah angkatnya. “Sejak saya kecil dia sudah melakukan itu. Hanya perkosaan yang tidak dilakukan,” ujar Linha.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Karena tak kuat menanggung beban, Linha akhirnya keluar dari rumah itu. Dia bekerja apa saja untuk menghidupi diri, menyelesaikan sekolah, dan sempat mencicipi bangku kuliah. Keluarga sepupu ayah angkatnya juga membantu biaya sekolahnya. Dia pun sempat menjadi tenaga kerja wanita di Jepang tapi tak lama ia kembali ke Indonesia. Lantas, ia bertemu dengan teman Timor Leste dan keluarga yang mengangkatnya menjadi anak di Yogyakarta. Di sana pula dia berkenalan dengan lelaki yang menjadi suaminya sekarang, I.G. Sayudiyanta. Kini mereka hidup tenang di Pondok Timur Indah, Bekasi, membesarkan kedua anaknya, Zefanya Hiskia Sandy Respaty dan Zefasca Hilkia Sean Ryotaro.

Dua hari setelah mimpinya melihat savana dan Laut Timor itu, tepatnya pada 15 Juni 2009, secara tak terduga adik angkatnya menelepon dia, mengabarkan bahwa saudara sepupu Linha dari Timor ingin mengunjungi rumah ayah angkatnya. Mereka mengetahui alamat ayah angkat Linha setelah mencari informasi ke markas Komando Rayon Militer yang menyimpan data tentang pengangkatan anak Timor Timur pada 1979. (Baca: Kursi Kosong yang Selalu Ada (3))

“Antara percaya atau tidak, saya gemetar mendengar berita itu,” ujar Linha kepada Tempo. Linha lantas menghubungkan dengan firasat mimpinya itu.

Pada waktu yang telah ditentukan esok harinya, datanglah seorang laki-laki muda mengetuk pintu rumah Linha. Sang tamu harus menunggu lama di ruang tamu karena Linha gugup untuk keluar. Alih-alih menemui tamunya, Linha malah berlari ke depan salib dan berdoa. Setelah didorong anak keduanya, barulah Linha menyambut tamunya yang ternyata adalah sepupunya (anak tantenya) yang bernama Boy.

Ternyata Boy, selagi menanti Linha keluar, telah berkomunikasi dengan ibu Linha di Dili. Untuk memastikan bahwa Linha adalah si anak hilang, sang ibu berpesan kepada Boy untuk melihat apakah ada bekas luka bakar di lengan kiri atas Linha. Dan ternyata semua klop. Pecahlah tangis kedua orang ini. Haru juga pecah di seberang telepon ketika Boy menghubungkan Isabelinha dengan ibunya.

Pada 18 Desember 2009, untuk pertama kalinya Linha bersama suami dan anaknya menginjakkan kaki ke Dili. Pulang setelah puluhan tahun ia dianggap mati. Selama itu pula misa arwah selalu dipanjatkan. Dia mulanya tak boleh menginjakkan kaki di rumah keluarga di Dili. Dia dilarang memanggil orang yang dikenalnya, dilarang menyentuh, dibopong memasuki rumah.  (Baca: Selebaran yang Memanggil Pulang (4))

Serangkaian adat penghormatan kepada tetua pun dilakukan. Rupanya, Linha berasal dari golongan terhormat, keturunan raja di sana. Setelah selesai, Linha dan suaminya dipersilakan berdansa untuk pertama kalinya. “Kami bingung disuruh dansa. Ya sudah, asal maju-mundur saja. Baru setelah itu diikuti hadirin,” ujar Linha sambil tertawa mengenang kejadian itu.

Dian Yuliastuti | Purwani Diyah Prabandari (Jakarta) | Sri Pudyastuti Baumeister (Stuttgart)

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Seperempat Abad Referendum, Rakyat Timor Timur Ikuti Referendum yang digelar PBB

59 hari lalu

Xanana menjalani 7 tahun penjara sebelum dibebaskan pada 1999, setelah Timor Leste memilih berpisah dari Indonesia. Kirsty kemudian menjadi sekretaris Xanana dan mereka menikah pada 2000. VALENTINO DARIEL SOUSA/AFP/GettyImages
Seperempat Abad Referendum, Rakyat Timor Timur Ikuti Referendum yang digelar PBB

Misi PBB yang dikenal sebagai United Nations Mission in East Timor (UNAMET) memainkan peran sentral dalam memfasilitasi referendum 25 tahun silam.


Kilas Balik Kasus Dugaan Korupsi Tujuh Yayasan yang Didirikan Soeharto

5 Agustus 2024

Aset Yayasan Soeharto Terancam Disita
Kilas Balik Kasus Dugaan Korupsi Tujuh Yayasan yang Didirikan Soeharto

Berikut kilas balik kasus dugaan korupsi tujuh yayasan Soeharto dan menyeret nama Keluarga Cendana.


Hari ini 24 Tahun Silam Mantan Presiden Soeharto Ditetapkan Jadi Tersangka Dugaan Korupsi

3 Agustus 2024

Presiden ke-2 Soeharto. TEMPO/Gunawan Wicaksono
Hari ini 24 Tahun Silam Mantan Presiden Soeharto Ditetapkan Jadi Tersangka Dugaan Korupsi

Bekas Presiden Soeharto diduga melakukan korupsi besar yang melibatkan penggunaan kekuasaan dan kekayaan negara untuk kepentingan pribadi.


Profil dan Kontroversi Tien Soeharto: Kisah Perjalanan Seorang Ibu Negara

28 April 2024

Titiek dan Tien Soeharto. Foto: Instagram Titiek Soeharto.
Profil dan Kontroversi Tien Soeharto: Kisah Perjalanan Seorang Ibu Negara

Tien Soeharto memiliki profil yang kompleks, seorang ibu negara yang peduli hingga terlibat dalam berbagai kontroversi yang mengiringi masa pemerintahan suaminya.


Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

28 April 2024

Presiden Soeharto bersama istri Ny. Tien Soeharto saat mengunjungi Museum Pengamon di Berlin, Jerman, 1991. Dok.TEMPO.
Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

Walaupun telah meninggal, mendiang Ibu Tien Soeharto tetap dikenang dalam perjalanan sejarah bangsa.


Kisah Devaluasi Rupiah: 45 Tahun Lalu Merosot dari Rp 415,00 menjadi Rp 625,00 per Dolar Amerika

16 November 2023

Ilustrasi mata uang dollar Amerika Serikat. TEMPO/Imam Sukamto
Kisah Devaluasi Rupiah: 45 Tahun Lalu Merosot dari Rp 415,00 menjadi Rp 625,00 per Dolar Amerika

Keputusan devaluasi itu berdampak yang luas terhadap kondisi ekonomi negara dan memberikan pelajaran berharga bagi pemerintah dan pelaku ekonomi.


Jejak Langkah Politik Partai Golkar: Pasca Reformasi Kian Menurun

5 Agustus 2023

Bendera dan Atribut Partai menghiasi lokasi berlangsungnya Musyawarah Nasional IX Partai Golkar di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, 6 Desember 2014. Munas tandingan yang dilaksanakan oleh Presidium Penyelamat Partai Golkar ini rencananya akan dihadiri oleh 240 DPD provinsi dan kabupaten/kota. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Jejak Langkah Politik Partai Golkar: Pasca Reformasi Kian Menurun

Berikut jumlah kursi yang diperoleh Partai Golkar dari Pemilu 2009, 2014, dan 2019 yang semakin menurun. Bagaimana prospek di Pemilu 2024?


Kurikulum Bahasa Indonesia Diuji Coba di Sekolah Timor Leste

3 Agustus 2023

Seorang anggota TNI, yang bertugas menjaga pos perbatasan Indonesia - Timor Leste, mengajar murid SDN di Belu, Nusa Tenggara Timur, 7 Oktober 2015. Selain menjaga perbatasan, anggota Satgas Pamtas juga membantu masyarakat sekitar  dalam pendidikan dan pelayanan kesehatan. ANTARA/Prasetyo Utomo
Kurikulum Bahasa Indonesia Diuji Coba di Sekolah Timor Leste

KBRI Dili melakukan uji coba pengembangan kurikulum Bahasa Indonesia untuk sekolah-sekolah di Timor Leste.


TMII Diresmikan 48 Tahun Lalu, Berikut Kilas Balik Proyek Wisata Bertema Budaya Indonesia

21 April 2023

Situasi pengunjung Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur yang mengabadikan momen di alun-alun monumen Tugu Api Pancasila saat libur tahun baru 2023. Ahad, 1 Januari 2023. Foto: ANTARA/Fitra Ashari
TMII Diresmikan 48 Tahun Lalu, Berikut Kilas Balik Proyek Wisata Bertema Budaya Indonesia

Digagas sejak Maret 1970, pembangunan proyek TMII dimulai pada tahun 1972 dan diresmikan pada tanggal 20 April 1975 atau 48 tahun silam.


Indonesia dan Timor Leste Bahas Masalah Perbatasan hingga Kerja Sama Ekonomi

12 Januari 2023

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Timor Leste Adaljiza Albertina Xavier Reis Magno di Gedung Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Rabu, 11 Januari 2022. Dok: Kemlu
Indonesia dan Timor Leste Bahas Masalah Perbatasan hingga Kerja Sama Ekonomi

Sejumlah isu dibahas dalam pertemuan bilateral Menteri Luar Negeri Indonesia dan Timor Leste kemarin, seperti peluang meningkatkan kerja sama ekonomi dan penyelesaian batas darat antara kedua negara.