TEMPO.CO, Bangkok - Aksi demonstrasi anti pemerintah di kota Bangkok selama dua hari terakhir ternyata tak membuat ibukota Thailand itu sepenuhnya lumpuh. Meski banyak jalan utama, kantor pemerintahan, dan pertokoan ditutup namun kehidupan warga berjalan normal.
"Sebetulnya aksi berlangsung damai, kita tak perlu khawatir. Para demonstran terlihat santai, mendengarkan orasi, meniup peluit bareng-bareng, atau pawai keliling kota," kata Irene Dyah, warga Indonesia yang tinggal di Sukhumvit Soi 20, dekat perempatan Asok yang menjadi salah satu lokasi aksi demonstrasi kepada Tempo, Selasa, 14 Januari 2014.
Irena mengatakan fasilitas umum untuk peserta demo lumayan komplit. Tenda makanan gratis bertebaran dimana-mana, selain itu juga ada toilet, posko kesehatan, dan ambulans.
Jalanan, terutama di sekitar lokasi demo, memang lengang karena sebagian besar ditutup. Sebagian besar warga Bangkok memilih tidak menggunakan mobil dan berganti ke kereta api atau ojek sebagai transportasi.
Menurut Irene beberapa keduataan besar sudah memberikan himbauan warganya untuk menjauhi lokasi demontrasi. Beberapa kedutaan bahkan melakukan antisipasi. Kedutaan Amerika Serikat menyarankan warganya menyimpan bahan makanan. "Kalau Jepang meliburkan sekolahnya, meski sebenarnya lokasinya jauh dari tempat demo," kata Irene.
Komite Reformasi Rakyat Demokratik (PDRC) sejak Senin, 13 Januari 2014, menggelar aksi yang disebut "Bangkok Shutdown". Mereka menggelar aksi di beberapa jalan utama, persimpangan, dan memblokade beberapa gedung pemerintahan. Pimpinan PDRC, Suthep Thaugsuban, mengatakan aksi akan terus dilakukan hingga perdana menteri sementara Yingluck Shinawatra mundur.
PDRC meminta Yingluck untuk mundur dari jabatannya. Mereka juga menolak pelaksanaan pemilihan umum yang sudah ditetapkan pada 2 Februari mendatang. "Kami akan terus menggelar aksi sampai Yingluck mundur," kata Suthep.
REUTERS | RAJU FEBRIAN