Kabarnya, pada 1985, Anda ditawari pembebasan, asal menghentikan perjuangan bersenjata.
Tahanan politik itu bukan saya sendiri. Banyak. Dan kawan-kawan saya itu juga adalah pemimpin kulit hitam berpendidikan tinggi yang dihormati. Saya tidak mau dibebaskan sendirian. Saya mendiskusikannya dengan para kamerad saya, dan kami memutuskan untuk menolak tawaran itu.
Bagaimana kondisi Anda dan kawan-kawan Anda dalam penjara?
Sangat banyak orang Afrika Selatan hitam yang mati dibunuh ketika mereka dalam status tahanan, terutama yang tuduhannya belum terbukti. Biko (Steve Biko, pejuang Afrika Selatan yang lebih menekankan pada munculnya "kesadaran kulit hitam", yang kisah hidupnya diangkat menjadi film dengan judul Cry Freedom--Red) disiksa dan dibunuh ketika masih dalam status tahanan. Ada lagi mereka yang ditahan atas dasar yang mereka sebut Security Laws, yang betul-betul tidak boleh berkomunikasi dengan siapa pun. Sekali mereka ditahan, tak boleh berhubungan dengan pendeta, keluarganya, kawannya, pengacaranya, dokter-- siapa pun. Tak terhitung lagi tahanan di bawah Security Laws yang mati.
Nah, pemerintah sedikit lebih hati-hati kepada narapidana yang sudah divonis seperti saya. Tentu saja kebrutalan dan penyiksaan tetap berlangsung. Tentu saja kami menentang kondisi ini.
Selama 27 tahun dalam penjara, pernahkah Anda dikejar ketakutan Anda akan dibunuh?
Kamerad saya dan saya sendiri sangat yakin mereka tak akan pernah berani membunuh kami. Karena kami tahu akibatnya bagi pemerintah Afrika Selatan. Ada perkecualian, misalnya Neville Alexander, doktor yang dihormati di Afrika Selatan, kawan saya yang baik, disiksa habis-habisan sampai pendengarannya hilang. Terus terang, saya tak pernah memikirkan kemungkinan itu.
Selanjutnya >> Apakah sanksi internasional itu memang efektif?