TEMPO.CO, Jakarta – Pemimpin koalisi oposisi Malaysia, Anwar Ibrahim, tampak berhati-hati bicara soal dinasti politik di negaranya. Kehati-hatian mantan Deputi Perdana Menteri periode 1993-1998 dan pernah dipenjarakan itu terkait kritik terhadap Anwar lantaran putrinya, Nurul Izzah, yang kini juga menjadi petinggi Partai Keadilan Rakyat, yang dipimpinnya.
“Kita tidak mengarah kepada siapa, tetapi harus ada wibawa, harus ada keupayaan diri dan pribadi yang kuat karena bertaut kepada kekuasaan orang tua,” kata Anwar saat Tempo meminta komentarnya mengenai dinasti politik yang ada di Indonesia.
Lebih lanjut, ketika ditanya soal dinasti politik di Malaysia, Anwar mengakui masih kuat. Namun dia segera mengatakan bahwa dirinya juga ditegur soal Nurul Izzah. Menurut Anwar, berbeda dengan anak pemimpin Malaysia lainnya, kemunculan Nurul Izzah itu berkat perjuangannya sendiri.
“Nurul Izzah itu aktif semasa saya di penjara, tidak ada bantuan konstitusi partai, tidak ada, dia melalui masa-masa yang sulit, melawan menteri-menteri kanan. Jadi jalannya sulit, bukan jalan yang dilalui anak pemimpin biasa,” kata Anwar usai kuliah umum "Promoting Democracy and Human Rights in Southeas Asia: Challenges and Prospects" di Universitas Indonesia, Rabu, 6 November 2013.
Dalam kuliah tersebut, Anwar menekankan pentingya pemimpin dan politikus yang bermoral, beretika dan berakhlak, serta tulus membantu rakyat. Menurut Anwar, jika pemimpin tidak berjiwa perampok, niscaya demokrasi di Indonesia akan lebih baik.
NATALIA SANTI
Topik terhangat:
Penembakan Satpam | SBY Versus Jokowi | Dinasti Banten | Roy Suryo Marah di Pesawat
Berita lainnya:
Kebencian Demokrat ke Jokowi Dinilai Menjadi-jadi
Kata Hakim Vica soal Isu Selingkuh dan Foto Syur
Hakim Vica: 15 Tahun Tak Dinafkahi Suami
Diisukan Menikah Lagi, Ratu Atut: Astagfirullah
Dipecat, Hakim Vica Tetap Dapat Gaji Pensiun
Ratu Atut: Betapa Kejamnya Hukuman Media