TEMPO.CO, London - Sejak kecil, Chloe Jennings-White kerap melukai dirinya sendiri. Tujuannya, agak ia bisa duduk di kursi roda sepanjang hari.
Setelah dewasa, ia bahkan menemui dokter di luar negeri yang bersedia membantunya menjadi cacat dengan memotong saraf siatik dan femoralis. Hanya saja, upayanya mentok setelah melihat biaya operasi yang mencapai biaya ribuan dolar AS.
"Aku tidak pernah mampu membayarnya, tapi aku tahu benar, aku tidak akan menyesal jika melakukannya," katanya, mengacu pada dokter yang mungkin bisa membantunya menjadi cacat.
Chloe, 58 tahun, dari Salt Lake City, Utah, menderita kondisi langka yang disebut Body Integrity Identity Disorder (BIID). Penderitanya tidak menerima salah satu anggota tubuh mereka sendiri atau anggota badan lainnya dan berusaha untuk mengamputasinya atau menjadi lumpuh. Beberapa ahli percaya hal itu disebabkan oleh kesalahan neurologis, di mana sistem pemetaan otak tidak dapat melihat bagian tubuh tertentu.
Lulusan Cambridge ini meyakini kedua kakinya bukan miliknya dan mengimpikan menjadi lumpuh dari pinggang ke bawah. "Sesuatu di otakku mengatakan kakiku tidak seharusnya ada di sana," katanya. "Memiliki sensasi apapun di dalamnya hanya menimbulkan perasaan bersalah."
Selama bertahun-tahun ia membalut dirinya diam-diam. Kemana-mana, ia menggunakan alat bantu jalan. Sejak 2010, ia bahkan sepenuhnya duduk di atas kursi roda. Sekarang setelah kedoknya terbongkar, intoleransi dihadapinya, mulai dari penghinaan hingga ancaman online.
Chloe pertama kali menyadari dia berbeda pada usia empat tahun, setelah mengunjungi Bibi Olive, yang menggunakan penyangga kaki setelah kecelakaan sepeda. "Aku ingin seperti dia," katanya. "Aku bertanya-tanya mengapa aku tidak dilahirkan membutuhkan alat itu dan merasa ada sesuatu yang salah dengan karena aku tidak memakainya."
Pada usia sembilan, Chloe mengayuh sepedanya dari undak-undakan tertinggi di Hampstead Heath, London utara, dan jatuh dengan cedera leher. "Aku ingin patah kaki, tapi yang terjadi malah patah leher," ujarnya mengenang.
Di luar itu, Chloe kerap diam-diam bertingkah seolah tak memiliki kaki. Ia pun senang melakukan olahraga berisiko dan memanjat pohon dengan harapan bisa menyakiti kakinya.
Cita-citanya menjadi cacat sedikit tercapai ketika ia terjatuh saat melakukan olahraga ski dan mengalami retak di tulang punggungnya. Ini menjadi alasan dia mengenakan tongkat penyangga setelahnya. Ia juga pernah mengalami kecelakaan mobil yang menyebabkan gegar otak.
Di dunia, pendrita BIID seperti Chloe ada, namun sangat jarang. BIID terjadi ketika seseorang melihat dirinya tidak cocok bentuk fisik mereka yang sebenarnya.
Umumnya, penderitanya ingin mengamputasi anggota tubuhnya. Dalam kebanyakan kasus, mereka menikmati menjadi orang sakit. Banyak psikolog dan ahli saraf telah mencoba untuk memahami apa akar penyebab kondisi ini.
Teorinya, BIID terjadi ketika otak tidak mampu memberikan rencana akurat untuk tubuh. Beberapa ahli percaya penyebab terkait masalah psikologis.
Satu teori adalah bahwa orang dengan BIID mungkin telah melihat orang yang diamputasi pada usia lebih dini dan gambar ini telah menggantikan pikiran mereka sendiri tentang apa yang 'ideal' bagi dirinya. Dalam kasus yang parah, orang dengan BIID dapat membahayakan diri sendiri.
Chloe kini sepenuhnya menyadari penyakitnya. Ia menekankan pentingnya untuk meningkatkan kesadaran tentang kondisi itu. Kini pengajar riset di Universitas Cambridge ini mulai menulis untuk kelompok dukungan BIID, Transabled.
MAIL ONLINE | TRIP B
Terhangat:
Hambalang | Bursa Capres 2014 | Liverpool di GBK
Baca juga:
Muslim Uighur Dipaksa Makan Selama Ramadan
Wanita ini Menyesal Dapat Lotere Rp 29 Miliar
Perempuan di Mauritania 'Dipaksa' Gemuk
Gembong Narkoba Tersadis Meksiko Ditangkap