TEMPO.CO, Sofia - Pemerintah Bulgaria memerintahkan tiga anggota parlemen Palestina dari Hamas untuk meninggalkan negara itu, Jumat 15 Februari 2013. Kata pejabat di Sofia, kedatangan mereka menimbulkan risiko keamanan untuk negara anggota Uni Eropa.
Pengusiran itu terjadi seminggu setelah Bulgaria menyatakan Hizbullah, kelompok Islam di Lebanon, berada di balik serangan bom di kota Laut Hitam Burgas, Juli lalu, yang menewaskan lima turis Israel dan sopir asal Bulgaria. Temuan soal keterlibatan Hizbullah dalam pengeboman tahun lalu itu memancing debat apakah Uni Eropa harus memasukkan Hizbullah dalam daftar hitam bersama Hamas.
Uni Eropa, seperti Amerika Serikat, telah memberi label Hamas sebagai kelompok teroris karena kasus pengeboman bunuh diri dan serangan lain terhadap Israel sejak pertengahan 1990-an.
Bulgaria National Security Service mengatakan, langkah pengusiran ini sebagai "tindakan pencegahan". "Selama mereka menginap di Bulgaria kami memperoleh informasi bahwa kehadiran mereka menciptakan ancaman serius bagi keamanan nasional," katanya dalam sebuah pernyataan, tanpa merinci ancaman serius apa yang diakibatkan oleh ketiganya.
Tiga anggota parlemen Hamas itu ke Sofia karena undangan dari Pusat Studi Timur Tengah Bulgaria. Direktur lembaga ini, Mohd Abuasi mengatakan, polisi muncul di hotel anggota Hamas itu pada Jumat pagi dan membawa mereka ke bandara. "Ada tekanan besar pada mereka untuk pergi (dari Bulgaria)," kata Abuasi.
Menteri Dalam Negeri Tsvetan Tsvetanov mengatakan, pemerintah Bulgaria tidak memiliki hubungan apa pun dengan kunjungan tak terduga dari ketiganya, mulai Rabu lalu dan direncanakan hingga pekan depan. "Begitu tiba, mereka mulai menunjukkan afiliasi politik mereka," kata Tsvetanov kepada TV7.
Di Gaza, Hamas mengeluarkan pernyataan yang menyatakan bahwa polisi telah meminta tiga anggota parlemen mereka, Salah al-Bardaweel, Ismail al-Ashqar, dan Mushir al-Masri, keluar dari Bulgaria dan kemudian terbang ke Istanbul.
Hamas memenangkan pemilu legislatif Palestina pada tahun 2006. Setelah berkoalisi di pemerintahan secara singkat dengan saingan sekulernya, mereka mengambilalih secara militer wilayah Gaza pada tahun 2007.
Reuters | Abdul Manan