TEMPO.CO, Bamako - Pemberontak Mali tak kenal kata menyerah. Mereka tetap melakukan perlawanan sengit kendati mendapatkan gempuran udara dari jet tempur Prancis dan serbuan darat tentara pemerintah.
Menteri Pertahanan Prancis, Jean-Yves Le Drian, mengatakan di Paris, para pemberontak yang berafiliasi dengan al-Qaeda menyerbu garnisun Desa Diabaly di Mali Tengah.
Baca Juga:
"Dalam serangan tersebut, pemberontak berhasil mengambil alih Diabaly setelah terjadi pertempuran sengit dengan militer Mali," ujar Jean-Yves Le Drian dalam acara jumpa pers, Senin, 14 Januari 2013.
Tentara Mali dalam keadaan berantakan dan membiarkan banyak kota jatuh menyusul pertempuran sengit sejak para pemberontak melakukan perlawanan hampir setahun lalu di negara yang terletak di sebelah utara benua Afrika ini.
Sementara itu, pasukan udara Prancis yang membantu pasukan Mali sejak Jumat, 11 Januari 2013 pekan lalu, dengan jet-jet tempurnya terus membombardir kawasan yang didukung oleh pemberontak di utara Mali.
Koresponden Al Jazeera, Nazanine Moshiri, melaporkan dari ibu kota Bamako, mengatakan, "Ada laporan menyebutkan sekitar 60 pejuang tewas. Sejauh ini, lembaga sosial kemanusiaan Doktor Tanpa Batas memprihatinkan terjadinya korban jiwa di kalangan sipil."
Para pemberontak yang berasal dari beberapa bangsa selain dari Mali telah tertahan di kawasan sempit di Mali tengah. Namun, mereka terus merangsek masuk dari arah barat yang berjarak hanya 400 kilometer dari Bamako di selatan Mali. Sebelum Prancis mengirimkan pasukan pada Jumat pekan lalu, jarak terdekat yang dikuasai pemberontak 680 kilometer menuju ibu kota meskipun mereka kini melakukan penyusupan di jarak yang dekat lagi.
ALJAZEERA | CHOIRUL