TEMPO.CO, Seoul - Badan intelijen Korea Selatan pernah mencoba berinvestasi US$ 500 juta pada sebuah hotel pencakar langit 105 lantai di Pyongyang, Korea Utara. Upaya yang dilakukan selama Roh Moo-hyun memerintah pada tahun 2005 itu baru terungkap saat ini.
Reto Wittwer, CEO Kempinski Hotels & Resorts, mengatakan, Ri Chol, mantan Duta Besar Korea Utara di Swiss, datang kepadanya dan memintanya untuk menginvestasikan US$ 500 juta untuk membantu pembangunan Hotel Ryugyong, yang tertunda di Pyongyang.
Segera setelah itu, seorang perwira intelijen Korea Selatan mendekati CEO itu dan menawarkan untuk memasok US$ 500 juta pada Wittwer, dengan membuat seolah-olah Wittwer-lah yang menginvestasikan uangnya.
Wittwer tidak bisa mengingat tanggal yang tepat ketika Ri datang untuk bertemu dengannya. Namun, ia mengatakan, Ri menghubunginya lagi empat tahun kemudian, dan seorang staf Kempinski ingat bahwa pertemuan itu terjadi pada 2009. Konstruksi untuk Hotel Ryugyong dimulai pada bulan Agustus 1987, namun dihentikan ketika uang habis pada Mei 1989.
Wittwer mengatakan, ketika ia bertanya pada pejabat intelijen Korea Selatan kenapa ia berkeras mengajukannya, sang pejabat menyatakan hotel megah itu bisa membantu membujuk Korea Utara untuk membuka diri.
CEO mengatakan, Korea Utara akhirnya mengetahui bahwa uang itu berasal dari Korea Selatan, dan perwakilan dari Utara dan Selatan bertemu di Swiss. Wittwer mengatakan, ia berada dalam pertemuan itu. "Sisi Korea Selatan mendorong sangat keras," kata Wittwer mengenang. "Saya tidak tahu mengapa mereka tidak mendekatinya dengan cara yang lebih cerdas."
Pembangunan The Ryugyong Hotel sekarang diteruskan oleh perusahaan asal Mesir, Orascom, yang juga memiliki lisensi ponsel di Korea Utara.
Wittwer mengatakan, interior lobi lantai dua dan ballroom di lantai tiga, yang hampir selesai, serta 150 kamar di lantai atas akan mulai dibuka pada tahun depan. Dia menambahkan, Kempinski Group tidak menginvestasikan uang di hotel itu, tapi "berpartisipasi di sisi manajemen".
CHOSUN ILBO | TRIP B