TEMPO.CO, Paris- Pemerintah Prancis akan menghapus kata “ibu” dan “ayah” dari seluruh dokumen resmi untuk memuluskan rencana melegalkan pernikahan sesama jenis. Untuk menggantikan kedua kata tersebut, pemerintah hanya akan mencantumkan kata “orang tua” dalam setiap perayaan pernikahan heteroseksual maupun homoseksual.
Seperti dikutip Telegraph, Senin, 24 September 2012, rencana pemerintah Prancis yang menyulut kemarahan gereja Katolik itu tertuang dalam rancangan Undang-undang yang sedang dalam pembahasan. Dalam rancangan Undang-undang itu disebutkan, “Pernikahan merupakan persatuan dua orang, dari jenis kelamin berbeda maupun sejenis.”
Dengan demikian, seluruh referensi “ibu dan ayah” dalam hukum perdata akan ditukar dengan “orang tua”. Beleid itu juga akan memberikan hak adopsi yang sama kepada pasangan berlawanan jenis maupun sesama jenis.
“Siapa bilang pasangan heteroseksual mengasuh anak lebih baik dari pasangan homoseksual, bahwa mereka akan menjamin kondisi terbaik untuk perkembangan anak?” ujar Menteri Kehakiman Prancis Christiane Taubira kepada surat kabar Katolik, La Croix.
Menurut dia, kenyamanan anak merupakan pertimbangan utama pemerintah untuk membuat peraturan itu.
Pekan lalu, pemimpin gereja Katolik Prancis, Kardinal Philippe Barbarin, mengingatkan umatnya bahwa pernikahan sesama jenis dapat melegalkan inses (hubungan seks sedarah) dan poligami di dalam masyarakat.
Dia mengatakan pernikahan sesama jenis akan menyebabkan kerusakan dalam masyarakat. Ini akan membawa konsekuensi tak terhingga. “Setelah itu mereka akan menginginkan membuat pasangan dengan tiga atau empat orang. Dan setelah itu, mungkin, suatu hari nanti tabu inses akan lenyap,” ujarnya kepada stasiun radio Kristen, RFC.
Para pemimpin Katolik juga menerbitkan 'Doa untuk Prancis'. Di dalam doa itu disebutkan anak-anak bukan subyek konflik dan kehendak orang dewasa. Jadi, mereka bisa mendapatkan manfaat sepenuhnya dari cinta ibu dan ayahnya.
Paus Benedict XVI meminta 30 uskup Prancis melawan rancangan Undang-undang itu. “Kita punya tantangan untuk dihadapi di sana,” ujarnya. “Keluarga sebagai fondasi kehidupan sosial sedang terancam di banyak tempat menyusul sebuah konsep alam manusia yang terbukti rusak.”
TELEGRAPH | SAPTO YUNUS
Berita lain:
Curhat Koki Orang Penting Dunia
Kapal Cina Masuki Perairan yang Diklaim Jepang
Israel-Palestina Sepakat Membangun Ladang Gas
Gadis Terkecil di Dunia Mulai Bersekolah
Putra Bekas Presiden Iran Kembali dari Pengasingan