TEMPO.CO, Paris - Rakyat Prancis telah memberikan suara yang bisa membuat Nicolas Sarkozy, sebagai pemimpin Eropa ke-11, tergelincir dari jabatan. Sebagai gantinya, Francois Hollande yang memenangkan pemilihan presiden. Hollande akan menjadi pemimpin Sosialis pertama di negeri itu dalam 17 tahun terakhir.
Terbantu oleh kemarahan rakyat atas kegagalan Sarkozy mencegah naiknya angka pengangguran selama lima tahun berkuasa, Hollande berada di depan dengan selisih 4-8 persen di berbagai polling menjelang pemilihan putaran kedua.
Di Tulle, Prancis tengah, Hollande berjabat tangan dan beroleh ciuman dari para pendukungnya saat dia memberikan suaranya kemarin. "Ini akan menjadi hari yang panjang. Saya tidak tahu apakah bakal menjadi hari yang indah, Prancis akan memutuskannya," kata Hollande kepada Reuters.
Siapa sebenarnya Francois Hollande? Lahir pada 12 Agustus 1954 di wilayah utara Prancis, Hollande akan menjadi presiden kedua dari kelompok sayap kiri dalam Republik Kelima Prancis, di mana Francois Mitterrand, pendiri Partai Sosialis Prancis (PS), menjabat dua kali masa jabatan tujuh tahun Presiden Prancis sejak 1981.
Hollande memiliki latar belakang pendidikan yang cemerlang dengan tiga gelar diploma dari Ecole des Hautes Etudes Commerciales de Paris (HEC), Institut d`Etudes Politiques de Paris (Sciences Po), dan Ecole nationale d`administration (ENA), yang semuanya merupakan universitas elite di Prancis.
Politikus gaek ini pernah menjabat Sekretaris Partai Sosialis pada 1997-2008. Dia pun merupakan Wali Kota Tulle, kota di wilayah tengah Prancis, pada 2001-2008, sekaligus anggota parlemen untuk wilayah Correze.
Dengan latar belakang akademis dan karakter polosnya, Hollande telah berhasil menonjolkan diri sebagai "presiden normal" yang bertentangan dengan karakter "hiperaktif" Sarkozy, sehingga berhasil memenangkan dukungan publik yang kecewa dengan presiden saat ini.
Dalam kampanyenya, Hollande berjanji untuk menekan tingginya angka pengangguran, termasuk dengan mempekerjakan 60 ribu guru dalam masa jabatannya, sejalan dengan penciptaan 150 ribu lapangan kerja lain.
Hollande menentang kebijakan keuangan yang hanya berorientasi "penghematan" dan berencana untuk membuka negosiasi pakta fiskal Eropa yang disepakati akhir Desember lalu guna menambah beberapa klausul baru yang akan memfokuskan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
Ia pun menjanjikan anggaran belanja negara yang berimbang pada 2017 dan mendesak dibentuknya Badan Suku Bunga Eropa. Hollande juga mengajukan pajak 75 persen bagi mereka yang memiliki pendapatan di atas 1 juta euro (11,7 miliar) per tahun dan peningkatan upah minimum. Dalam kebijakan luar negeri, Hollande mengatakan ia akan menarik pasukan Prancis dari Afganistan hingga akhir tahun ini, serta hanya akan mengintervensi urusan negara lain di bawah mandat yang diberikan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Setelah mengalahkan Sarkozy dalam pemilihan Presiden Prancis putaran pertama dengan lebih dari 28,6 persen suara, ia membuat kejutan dalam debat publik melawan Sarkozy yang disiarkan televisi. Hollande tampil dengan jawaban argumentatif dan agresif, serta menunjukkan kekuatan dan potensi yang sangat berbeda dari karakter pendiam yang sebelumnya melekat padanya.
Meskipun pemimpin sayap kanan, Marine Le Pen, mengatakan dirinya tidak akan mendukung kedua kandidat yang maju ke putaran kedua, tetapi Hollande mendapat dukungan dari pemimpin partai poros tengah, Francois Bayrou, yang menempati posisi kelima saat pemungutan suara putaran pertama.
Hollande memiliki empat anak dengan Segolene Royal, yang gagal bersaing dengan Sarkozy pada pemilu 2007 lalu. Pasangan hidupnya saat ini adalah Valerie Trerweiler, 47 tahun, seorang wartawan Prancis.
WDA | DA | REUTERS | XINHUA | ANT