TEMPO Interaktif, Yerusalem - Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak kemarin membatalkan rencana penyerahan 84 mayat warga Palestina kepada Otoritas Palestina. Keputusan itu keluar menjelang proses itu berlangsung.
Keputusan Barak ini dipicu oleh laporan surat kabar Haaretz bahwa di antara mayat yang bakal dikembalikan kepada keluarga mereka itu terdapat Awadallah bersaudara. Keduanya adalah mantan pemimpin Brigade Izzudin al-Qassam (sayap militer Hamas). Mereka tewas oleh tentara Israel di Kota Hebron, Tepi Barat, pada September 1998.
Menurut Barak, Israel ingin memastikan pengembalian 84 mayat itu bakal memperlancar proses pembebasan Gilad Shalit, tentara Israel yang ditawan Hamas sejak Juni 2006. Awdallah bersaudara telah ditetapkan sebagai bagian dari pertukaran tahanan itu. Sejatinya, 84 mayat itu telah dikubur di Israel, jadi yang tersisa hanya kerangka mereka saja.
Sejak pecah intifadah kedua pada September 2000, Israel menolak mengembalikan jenazah Awdallah bersaudara. Namun, setelah Shalit menjadi tahanan, kebijakan itu berubah. Hingga saat ini, perundingan antara Hamas dan Israel soal pembebasan Shalit masih belum mencapai kesepakatan.
Negara Zionis itu masih menolak tuntutan Hamas untuk membebaskan 1.000 tahanan Palestina, serta seluruh wanita dan anak-anak. Saat ini terdapat sekitar 11 ribu orang Palestina mendekam di penjara-penjara Israel.
HAARETZ/FAISAL ASSEGAF