TEMPO Interaktif, Yerusalem - Para pemukim Yahudi di blok permukiman Ma’alih Adumim, Yerusalem Timur, mengeluhkan suara berisik akibat adzan dari sejumlah masjid di kawasan itu. Karena itulah, mereka mendesak volume pengeras suara di sejumlah masjid di kota suci ketiga bagi umat Islam itu dikecilkan atau bahkan dicopot.
Pemukim asal negara Zionis itu juga tidak senang dengan lantunan ayat suci Alquran yang terdengar dari pengeras suara sebelum adzan berkumandang. Setidaknya ada dua masjid yang dipandang menciptakan kebisingan, yakni di Desa al-Aizariya yang dihuni warga Palestina. Desa ini berbatasan dengan kompleks permukiman Ma’alih Adumim.
Sumber-sumber di Palestina mengungkapkan protes itu disampaikan warga Yahudi Selasa lalu dalam pertemuan anatara komite gabungan koodinasi sipil. Komite ini beranggotakan otoritas Palestina dan Israel, dan administrasi sipil militer Israel (IDF). Satuan tugas ini turin membahas persoalan masyarakat di lintas batas.
Wali Kota Ma’alih Adumim Benny Kashriel telah menyetujui tuntutan warganya itu. Bahkan, menurut juru bicaranya, ia telah berkoordinasi dengan kepala Komando Pusat IDF dan kepala administrasi sipil IDF.
Kepala urusan agama Palestina di Yerusalem, Za’atra membenarkan soal keluhan itu. Namun ia menegaskan protes itu sangat tidak pantas. “(Protes) itu merupakan campur tangan yang tidak dapat diterima terhadap kehidupan dan kekbebasan kami dalam beragama,” katanya kepada Haretz.
Sejatinya, Juli tahun lalu Kementerian Agama Otoritas Palestina telah memerintahkan seluruh masjid di Tepi Barat menghentikan bacaan Alquran lewat pengeras suara menjelang adzan salat wajib. Keputusan ini merupakan hasil dari kebijakan pemerintahan bersama Hamas dan fatah pada 2007.
Tapi para pemuka agama di Tepi Barat menolak aturan itu. Sejak dua bulan lalu, kebijakan itu dihapus.
HAARETZ/FAISAL ASSEGAF