Hal tersdebut disampaikan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kepada pemimpin Amerika Serikat yang menjatuhkan hukuman seumur hidup terhadap warganya, Jonathan Pollard, karena terbukti menjadi mata-mata pada 1985.
Netanyahu dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan, Selasa (21/12), mengatakan bahwa dia akan menanyakan penahanan tersebut dalam waktu dekat kepada Presiden Obama sekaligus meminta agar Pollard, mantan analis Angkatan Laut Amerika Serikat, segera dibebaskan.
Pollard adalah analis intelijen sipil yang bekerja untuk Angakatan Laut Amerika Serikat ditahan oleh FBI di Washington pada 1985 atas tuduhan sebagai mata-mata Israel. Penahan ini telah meningkatkan ketegangan hubungan kedua negara yang telah bersekutu selama 25 tahun.
Para pemimpin Israel, termasuk Netanyahu, secara rutin mempersoalkan kasus penahanan Pollard. Namun keinginan mereka agar Pollard dibebaskan ditolak oleh dua pemerintahan Demokrat maupun Republik.
Netanyahu mengatakan, dirinya telah mengangkat isu tersebut berkali-kali ketika bertemu dengan Presiden Obama maupun Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, termasuk dalam sebuah pertemuan tertutup dua bulan lalu.
"Saya telah bekerja keras di awal masa jabatan sebagai Perdana Menteri agar Jonathan dibebaskan," ujar Netanyahu kepada radio Israel. Namun demikian keinginan Israel tak mendapatkan perhatian dari Washington.
Sementara itu, media di Israel belum lama ini menyebarkan berita berbau spekulasi, Netanyahu meminta pembebasan Pollard dikaitkan dengan usulan penghentian sementara pembangunan di daerah pendudukan Tepi Barat dan Yerusalem timur.
Menurut Netanyahu, pembebasan Pollar sangat penting, karena "negara memiliki tanggung jawab moral atas penahanannya. Di samping itu, keluarganya mengkhawatirkan kesehatannya."
Esther Pollar, istri tertuduh mata-mata, bertemu dengan Netanyahu, Senin (20/12), seraya membawa surat-surat dari suaminya. Melalui surat tersebut, dia memohon agar Netanyahu mengajukan grasi untuk dirinya.
"Andaikan Yang Mulia ingin membawanya pulang, inilah saatnya," katanya kepada Netanyahu.
AL JAZEERA | CHOIRUL