Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Siksaan Terhadap TKW di Arab Saudi Hal Biasa

image-gnews
Tenaga Kerja Wanita asal NTB Sumiati masih dalam perawatan medis akibat luka di sekucur tubuhnya di RS King Fahd, Madinah, Arab Saudi. ANTARA/SAPTONO
Tenaga Kerja Wanita asal NTB Sumiati masih dalam perawatan medis akibat luka di sekucur tubuhnya di RS King Fahd, Madinah, Arab Saudi. ANTARA/SAPTONO
Iklan
TEMPO Interaktif, Jedah - Sejumlah kasus penyiksaan terhadap pekerja asing di Arab Saudi yang muncul belum lama ini, khususnya dari Indonesia, menjadi masalah besar bagi Kerajaan.

Meskipun Kementerian Buruh telah memberikan penjelasan bahwa peristiwa yang menimpa pekerja asal Indonesia, Sumiati Salan Mustapa di Madinah, hanya sebagian kecil, namun para pekerja asing dan media setempat tak yakin. Kejadian itu, menurut mereka, sesungguhnya hal tersebut sudah biasa terjadi di masyarakat Saudi.

"Apa yang terjadi pada Sumiati juga terjadi pada pekerja asing lainnya, namun tak pernah dilaporkan," kata Aisha Matwani, pekerja asal Etiopia yang bekerja untuk keluarga Syria di Jedah.

Matwani mengatakan, dia mendengar banyak insiden kekerasan dari keluarga dan teman-temannya yang bekerja untuk keluarga Saudi. "Untuk itu, mengapa saya khawatir bekerja untuk keluaga Saudi. Kendati mereka bersedia membayar saya cukup tinggi SR1,500 (Rp 3,6 juta) sebulan, namun saya perlu mengingatkan kepada para pekerja asing agar menjaga keselamatan diri," katanya.

Ibrahim Shahid, seorang insinyur asal Pakistan yang bekerja untuk perusahaan konstruksi swasta, percaya ancaman bagi warga asing merupakan bagian dari kebiasaan warga Saudi.

"Mereka tidak tahu bagaimana berhubungan dengan orang lain. Mereka terbiasa menyiksa istri-istrinya, anak-anak, dan saudara-saudara perempuannya. Menyiksa pembantu dan pekerja merupakan bagian dari hidup mereka," paparnya.

"Warga Saudi beranggapan bahwa seluruh pekerja asing, baik yang berpendidikan maupun tidak, di Kerajaan harus melayani warga Saudi karena sudah dibayar," lanjutnya.

Pengakuan lain disampaikan oleh Kamal al-Sha'er, seorang penjaga toko asal Palestina dan ayah tiga anak. Dia mengatakan, warga Saudi gemar menyiksa pekerja asing. "Mereka melakukannya tanpa kontrol dan beranggapan para pekerja akan diam saja jika disiksa," kata al-Sha'er.

Saud al-Kateb, salah seorang anggota the Asbar Centre for Studies, Research and Communications, mengatakan bahwa kasus Sumiati sengaja ditutupi namun masyarakat tak bisa menjeneralisir kejadian itu juga dilakukan oleh seluruh warga Saudi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Kami tak bisa menjeneralisir bahwa seluruh warga Saudi suka menyiksa pekerja asing. Sayangnya, warga Saudi tidak mengerti hak-hak para pekerja. Mereka memperlakukan pekerja seperti robot," ujar al-Kateb.

"Kebiasaan orang Saudi tidak bisa diterima oleh pihak lain, misalnya mereka suka menghina pembantu sepanjang waktu. Penghinaan itu tidak hanya ditujukan kepada orang yang lebih tua tetapi juga pada pembantu. Anehnya, kebiasaan itu  dilakukan pula oleh anak-anak karena belajar dari orang tua mereka," ujarnya. Menginggit pembantu, imbuhnya, fenomena biasa di kalangan keluarga Saudi.

Sayang sekali data statistik kekerasan terhadap pembantu di Saudi tidak ada. Menurut Kementerian Buruh, pembantu asing dari berbagai negara di Kerajaan saat ini mencapai 670 ribu orang.

"Para pekerja asing menunjukkan respek yang lebih baik dibandingkan warga Saudi. Ketika seorang pembantu bekerja untuk keluarga asing, mereka sesekali mendapatkan cuti. Sebaliknya bila mereka bekerja untuk keluarga Saudi, harus mengikuti aturan ketat," tutur al-Kateb.

"Perempuan Saudi selalu menuduh pembantu asing berperilaku tak bermoral, meskipun itu tidak benar. Para pembantu asing yang telah meninggalkan negaranya untuk bekerja dan mendapatkan uang, kelak uang tersebut dibawa pulang untuk keluarganya. Mereka tak mungkin memiliki hubungan dan melukai keluarga tempat mereka bekerja," ujar al-Kateb.


ARAB NEWS | CHOIRUL


 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Arab Saudi Masuk Daftar Hitam Pembunuh Anak Yaman

13 November 2017

Seorang perawat menggendong anak kurang gizi di rumah sakit di Sanaa, Yaman, 28 Juli 2015. Perang di Yaman telah menewaskan lebih dari 3.500 orang. UNICEF mengatakan korban tewas termasuk 365 anak-anak. REUTERS/Khaled Abdullah
Arab Saudi Masuk Daftar Hitam Pembunuh Anak Yaman

Arab Saudi masuk daftar hitam PBB untuk kasus pembunuhan anak-anak di Yaman yang jumlahnya mencapai 683 anak.


Arab Saudi Tidak Beri Kompensasi untuk Korban Crane Jatuh

25 Oktober 2017

Detik-detik Crane Jatuh di Mekah
Arab Saudi Tidak Beri Kompensasi untuk Korban Crane Jatuh

Pengadilan Arab Saudi membebaskan Grup Saudi Bin Laden dari kewajiban membayar kompensasi kepada korban crane jatuh di Mekah tahun 2015.


Arab Saudi Akan Kembalikan Islam Menjadi Moderat

25 Oktober 2017

Arab Saudi Kian Terbuka
Arab Saudi Akan Kembalikan Islam Menjadi Moderat

Putra mahkota mengatakan Arab Saudi akan mengembalikan agama Islam menjadi moderat dan berpandangan terbuka terhadap semua agama.


Bertemu Putin, Raja Salman Beli Rudal S-400 Seharga Rp 40 Triliun

6 Oktober 2017

Presiden Rusia Vladimir Putin berbincang dengan Raja Arab Saudi Salman di Kremlin di Moskow, Rusia, 5 Oktober 2017. Empat hari di Rusia, Raja Salman akan membicarakan tentang minyak dan konflik Suriah. REUTERS
Bertemu Putin, Raja Salman Beli Rudal S-400 Seharga Rp 40 Triliun

Raja Salman dan Putin bersepakat Saudi membeli senjata sistem pertahanan udara S-400 senilai US$ 3 miliar atau sekitar Rp 40,4 triliun.


Raja Salman Melawat ke Rusia untuk Pertama Kali, Ini Agendanya

4 Oktober 2017

Seorang pendukung gerakan Houthi dan mantan Presiden Ali Abdullah Saleh mengacungkan dua jarinya saat memperingati dua tahun intervensi militer koalisi Saudi di Sanaa, Yaman, 26 Maret 2017. Koalisi Saudi melakukan penyerangan sejak. REUTERS/Khaled Abdulla
Raja Salman Melawat ke Rusia untuk Pertama Kali, Ini Agendanya

Raja Salman akan berkunjung ke Rusia untuk pertama kalinya Kamis depan.


Goyang Macarena di Jalan, Remaja 14 Tahun Ditangkap Polisi Saudi

23 Agustus 2017

Kepolisian Arab Saudi menahan seorang bocah yang berjoged di jalanan. theguardian.com
Goyang Macarena di Jalan, Remaja 14 Tahun Ditangkap Polisi Saudi

Remaja berusia 14 tahun ditangkap polisi Arab Saudi akibat goyang Macarena di jalan


Terungkap, Putra Mahkota Ingin Saudi Hengkang dari Perang Yaman

15 Agustus 2017

Mohammad bin Salman bin Abdulaziz Al Saud. independent.co.uk
Terungkap, Putra Mahkota Ingin Saudi Hengkang dari Perang Yaman

Sebuah bocoran email mengungkap bahwa Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Mohammad bin Salman menginginkan negaranya keluar dari perang Yaman.


Dabbing Ala Rapper, Artis Populer Arab Saudi Ditahan

15 Agustus 2017

Penyanyi Arab Saudi, Abdallah Al Shaharani ditangkap karena melakukan gerakan dabbing di atas panggung. Youtube.com
Dabbing Ala Rapper, Artis Populer Arab Saudi Ditahan

Abdallah Al Shaharani, penyanyi Arab Saudi ini melakukan gerakan dabbing dalam sebuah festival musik


Saudi Minta Irak Bantu Pulihkan Hubungan dengan Iran

14 Agustus 2017

Sejumlah petugas pemadam kebakaran dikerahkan untuk memadamkan api yang melahap kantor Kedubes Arab Saudi di Teheran, Iran, 2 Januari 2016. REUTERS
Saudi Minta Irak Bantu Pulihkan Hubungan dengan Iran

Arab Saudi minta bantuan Irak memperbaiki hubunganya dengan Iran.


Arab Saudi Bakal Jadikan Laut Merah Sebagai Lokasi Wisata

2 Agustus 2017

Wisatawan menikmati air di sebuah pantai di resor Laut Merah, Sharm el-Sheikh, Kairo, 27 Maret 2015. REUTERS/Amr Abdallah Dalsh
Arab Saudi Bakal Jadikan Laut Merah Sebagai Lokasi Wisata

Proyek ini dalam rangka mengurangi ketergantungan Arab Saudi akan pendapatan dari penjualan minyak.