TEMPO.CO, Jakarta - Raja Salman dari Arab Saudi akan tiba di Moskow, Rusia minggu ini untuk melakukan kunjungan resmi pertamanya.
"Kami sedang menunggu kunjungan Raja pada hari Kamis," kata Yury Ushakov, staf kebijakan luar negeri Presiden Vladimir Putin, seperti dikutip oleh Independent pada 3 ktober 2017.
Baca: Kolumnis Diskors Setelah Raja Salman Kecam Sanjungannya
Seperti yang dilansir kantor berita Rusia, TASS pada 4 OOktober 2017, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov mengatakan, kunjungan Raja Salman akan dimanfaatkan untuk berbagi pendapat untuk pengembangan progresif hubungan kedua negara, termasuk untuk memastikan stabilitas regional dan global.
"Kami yakin bahwa peristiwa yang benar-benar penting dalam hubungan kita ini akan membawa kerja sama kita ke tingkat yang sama sekali baru dan memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi stabilitas kawasan," katanya.
Kunjungan raja berusia 81 tahun itu dilakukan sebulan sebelum anggota negara-negara produsen minyak atau OPEC bertemu di Wina, Austria dalam rangka membahas usaha untuk mengurangi produksi minyak mentah untuk membantu menstabilkan harga.
Baca: Akan Serang Raja Salman, Empat Milisi Yaman Ditangkap Malaysia
Raja Salman diperkirakan akan meminta dukungan dan komitmen Rusia untuk memastikan bahwa kesepakatan pemotongan produksi berlanjut, menyusul penurunan pendapatan Arab Saudi dari sektor minyak. Arab Saudi dan Rusia sangat bergantung pada ekspor minyak dan turunnya harga minyak mentah yang dimulai pada tahun 2014 mengancam petumbuhan ekonomi kedua negara.
Meskipun Rusia dan Arab Saudi sekarang menjadi sekutu di pasar minyak global, namun keduanya berada di sisi yang berlawanan dalam konflik Suriah.Moskow mendukung rezim Presiden Bashar al-Assad dan Riyadh mendukung oposisi.
Titik potensial lain dari ketidaksetujuan antara Riyadh dan Moskow adalah Yaman. Sebuah koalisi pimpinan Saudi telah mengebom pemberontak Houthi di Yaman sejak tahun 2015 dan mendapat kecaman dari Moskow.
Baca: Aliansi Baru Rusia-Iran-Turki Akhiri Perang di Suriah
Rusia saat masih Uni Soviet merupakan negara pertama yang mengakui Arab Saudi sebagai sebuah negara. Keduanya kemudian membentuk hubungan diplomatik pada 1926. Namun, ketika pada 1938 pimpinan Soviet mengeksekusi utusannya ke Riyadh, Karim Khakimov, yang merupakan teman dekat raja Saudi , hubungan diplomatik antara kedua negara kemudian hancur. Hubungan didirikan kembali setelah pembubaran Uni Soviet dan pembentukan Federasi Rusia pada 1991.
Perjalanan Raja Salman, bagaimanapun, menyoroti kekuatan Rusia yang tumbuh di Timur Tengah dan terjadi setelah Lavrov mengunjungi Arab Saudi untuk melakukan pembicaraan mengenai de-eskalasi di Suriah bulan lalu.
INDEPENDENT|AL JAZEERA|TASS|ARAB NEWS|YON DEMA