Kampanye berjudul "Learn, Don't Burn" itu digulirkan Dewan Hubungan Islam Amerika atau CAIR dengan membagi-bagikan Al-Quran mulai besok sampai Sabtu. Kitab suci Islam itu dibagikan gratis diberbagai kota besar AS, seperti Washington DC.
"Untuk mereka yang mau melakukan langkah proaktif atas tindakan sebuah gereja yang bertentangan dengan nilai Amerika," ujar Direktur Eksekutif CAIR Nihad Awad, Kamis (9/9). Dia mengatakan kelompok yang dipimpin Pendeta Terry Jones itu sebagai grup ekstrimis yang tidak merepresentasikan masyarakat AS.
Baca Juga:
Rencana Pendeta Jones membakar Al-Quran terus mendapat tentangan. Mulai dari berbagai lapisan masyarakat, petinggi militer, sampai Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton.
Namun dia cuek bebek. "Kami cuma membakar buku," ujar Jones. "Bukan membunuh orang."
Tekanan dari Panglima AS di Afganistan, Jenderal David Patraeus tidak menghalangi langkahnya. Jenderal Patraeus mengatakan tindakan kontroversial itu bisa membahayakan keselamatan 120 ribu pasukan AS di Negeri Mullah.
"Jenderal itu harusnya menyalahkan golongan Islam radikal," kata Pendeta Jones dalam wawancara di CNN. "Bilang ke mereka untuk berhenti dan kami tidak akan menyerah kepada mereka."
Pendeta dari Gereja Dove World Outreach Center di Gainesville, Florida itu membakar Al-Quran untuk mengenang ribuan korban Tragedi 11 September, sembilan tahun lalu. Dia menuding Islam, lewat Al-Quran, mengajarkan kekerasan.
Meski menyatakan tidak setuju, Pemerintah AS tidak berdaya menghentikan kampanye gila ini. Sebab, setiap warga AS memiliki kebebasan mengungkapkan pendapat yang dilindungi Undang Undang Dasar negara itu.
CNN | REZA M