Ribuan pengunjuk rasa 'kaus merah' saat ini mulai memadati kembali kawasan y ang sempat diambil alih militer pada Sabtu malam. Jalan-jalan di kawasan sekitar dipenuhi selonsong peluru, batu, dan genangan darah. Para pengunjuk rasa pun menunjukkan senapan yang diambil alih dari tentara termasuk senapan dan senapan mesin.
“Tidak akan ada lagi negosiasi. Kaus Merah tidak pernah bernegosiasi dengan para pembunuh,” ujar salah seorang pemimpin pengunjuk rasa, Jatuporn Prompan, saat berorasi dari atas panggung. “Meski berat dan penuh rintangan, kami harus menghormati korban tewas dengan membawa demokrasi kembali ke negeri ini.”
Pihak luar seperti Amerika Serikat sebelumnya berharap kedua pihak yang bertikai menuju meja perundingan setelah Sabtu kelabu yang menewaskan 19 orang. Bentrokan antara pengunjuk rasa antipemerintah dan militer kemarin merupakan yang terburuk di Bangkok sejak protes antimiliter pada 1992 menewaskan belasan orang.
Editorial di beberapa surat kabar di Bangkok, Ahad (11/4), juga mendesak pemerintah dan pengunjuk rasa berunding untuk mengakhiri kekerasan.
Bentrokan pecah kemarin setelah pasukan keamanan Thailand berusaha mengusir para pengunjuk rasa yang telah mendirikan kamp-kamp di beberapa bagian kota Bangkok selama sebulan. Para pengunjuk rasa mendesak Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva membubarkan Parlemen dan menggelar pemilihan umum.
AP| KODRAT SETIAWAN