TEMPO Interaktif, Halle – Pejabat di perusahaan kereta api telah mengkonfirmasi bahwa masinis kereta api komuter dalam perjalanan dari Leuven, selamat dari tabrakan dengan kereta Mons-liege Quievrain.
"Polisi akan menanyai masinis kalau kondisi sudah memungkinkan," kata Jochen Goovaerts, juru bicara SNCB, badan usaha milik negara Belgia yang memiliki kereta api.
Di tengah kondisi yang membeku, tim penyelamat melanjutkan pencarian korban. Pejabat setempat mengatakan, setidaknya empat mayat diharapkan dapat ditemukan di bawah reruntuhan. Saat ini sudah ditemukan 18 mayat, yang terdiri dari 15 pria dan tiga wanita telah ditemukan dan 20 orang masih kritis di rumah sakit.
Luciaan Spiessens, seorang pensiunan manajer stasiun Buizingen, sebuah stasiun di pinggiran kota di luar Brussel, menyaksikan tabrakan hari Senin saat jam sibuk. Dia mengatakan, tabrakan antara dua kereta api, salah satunya, sebetulnya telah menurunkan kecepatan sekitar 10 menit sebelum tabrakan.
Dia mengatakan bahwa sopir terlambat menurunkan kecepatan saat lampu merah, mungkin karena kegagalan sinyal, “Sebelum akhirnya panik berseru-seru dengan peluitnya, pengereman terjadi dan kemudian melompat sebelum terjadi benturan.”
Polisi penyelidik sedang meneliti kotak hitam dari dua kereta itu untuk mencoba menentukan apakah penyebabnya kerusakan mesin, kesalahan manusia atau kondisi cuaca yang dingin, yang bertanggung jawab atas kecelakaan di wilayah yang berjarak sembilan kilometer selatan Brussel.
Pada Selasa pagi, masinis kereta di Belgia mogok di seluruh negeri sebagai bentuk protes terhadap kondisi kerja dan kegagalan SNCB untuk mengganti semua peralatan pengereman kereta api setelah kejadian serupa pada tahun 2001 tabrakan di Pecrot, yang menewaskan delapan orang.
TELEGRAPH| NUR HARYANTO