TEMPO Interaktif, London – Inggris berjanji untuk tetap tegak berdiri menjadi benteng di Afganistan, meskipun jumlah korban tewas tentaranya telah mencapai angka tewas dalam perang Falklands tahun 1982.
Berita ini jelas menjadi pukulan baru bagi Brown, yang baru-baru ini menjanjikan 500 pasukan tambahan dan menjadi tuan rumah konferensi tentang Afganistan di London, tapi sedang berjuang untuk menghindari kekalahan menghadapi oposisi utama Konservatif dalam pemilihan umum karena pada bulan Juni.
Secara politis, angka ini menyiratkan pencapaian Perdana Menteri Gordon Brown untuk membujuk masyarakat Inggris yang skeptis bahwa konflik Afghanistan masih berharga. Kematian tiga tentara Inggris selama dua hari terakhir di Afganistan menggenapkan menjadi 256 prajurit sejak tahun 2001. Ini berarti selisih satu tentara dari jumlah yang tewas dalam Perang Falklands.
Dua tentara, dari Royal Skotlandia Borderers, 1st Batalyon Resimen Royal Skotlandia, tewas oleh sebuah ledakan di Sangin di Provinsi Helmand pada hari Minggu. "Mereka sedang patroli keamanan untuk membawa orang-orang lokal ... ketika ledakan menewaskan mereka ... Dua dari rekan-rekan kami telah tewas, tetapi keberanian dan keuletan mereka tidak akan dilupakan," kata seorang juru bicara.
Senin lalu, ahli penjinak bom, dari Resimen 36 Engineer, tewas oleh ledakan saat membersihkan jalan di Helmand.
Untuk perang Falklands, popularitas Perdana Menteri Margaret Thatcher justru melonjak ketika dia mengirim pasukan ekspedisi untuk mengusir pasukan Argentina menyerbu di Kepulauan Falkland, yang dikenal dalam bahasa Spanyol sebagai Malvinas. Dalam 74 hari perang, tentara Argentina tewas 649 orang sedang di pihak Inggris 255 tentara mati.
REUTERS| NUR HARYANTO