TEMPO Interaktif, Kolombo - Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapaksa memimpin kembali negerinya untuk jabatan berikutnya setelah memenangkan pemilihan umum presiden, Selasa. Kemenangannya ditolak oposisi pimpinan bekas Kepala Staf Angkatan Darat Sarath Fonseka yang kini dikurung dalam hotel.
Menyambut kemenangan tersebut, Rajapaksa berjanji menghapus ketegangan yang pernah terjadi sebelumnya. Dia juga akan membangunan persatuan yang sempat retak bagi seluruh etnis di Sri Lanka.
"Mulai hari ini hingga ke depan, saya adalah presiden bagi setiap orang, tak peduli apakah mereka memilih saya atau tidak," ujarnya.
Pada periode kepemimpinannya, Rajapaksa akan dihadapkan pada masalah ekonomi dan pertentangan etnis di negerinya. Dia dituntut meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang sempat stagnan sekaligus diharapkan mampu menurunkan ketegangan antara etnis mayoritas Sinhala dengan minoritas Tamil yang sudah berlangsung selama 25 tahun dalam perang sipil.
Komisi pemilihan umum menyatakan kemenangan Rajapaksa setelah dia memperoleh dukungan suara 57 persen, sementara pesaingnya Sarath Fonseka yang juga mantan kolega ketika bersama-sama menghantam gerilyawan Macan Tamil hanya mendapatkan 40 persen suara.
Kemenangan Rajapaksa sontak disambut teriakan histeris pendukungnya. Mereka turun ke jalan sambil berteriak-teriak, bernyanyi, dan mengibarkan bendera negara Sri Lanka, serta mengacung-acungkan poster presiden.
Sebaliknya, Fonseka menolak hasil yang disampaikan oleh Komisi dan mengancam membawa masalah tersebut ke pengadilan. Dalam suratnya ke Komisi, Fonseka menuduh Rajapaksa menggunakan media pemerintah untuk menyerang dirinya, penyalahgunaan dana publik untuk kampanye, dan mencegah pengungsi minoritas Tamil -kelompok etnis yang mendukung pencalonannya- ke bilik suara.
Anggota Komisi Dayananda Dissanayake nampaknya setuju denga beberapa tuduhan yang dilontarkan Fonseka. Menurutnya, Rajakpasa telah menyalahgunakan fasilitas negara, seraya mengajukan pengundurn diri. "Aku tidak tahan lagi," katanya.
Fonseka yakin bahwa lawannya telah menyalahgunakan jabatan dan melakukan ancaman terhadap diri dan pendukungnya. Dia kini bersama pendukungnya terkurung dalam hotel. Ratusan tentara mengepung hotel tempat dia dan pendukungnya menginap.
"Kami akan tuntut ke pengadilan. Kekuatan kami adalah rakyat, jasa mereka jangan diabaikan," katanya kepada wartawan.
AP | ALJAZEERA | CHOIRUL