TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Vladimir Putin pada Selasa, 29 Oktober 2024 memulai latihan senjata nuklir Rusia saat perang dengan Ukraina berada di titik kritis. Ini adalah Latihan kedua yang diadakan di Moskow dalam dua pekan terakhir.
Perang Rusia Ukraina telah berlangsung selama 2,5 tahun. Perang ini memasuki fase paling berbahaya karena pasukan Rusia terus maju di Ukraina timur. Sebagai gantinya, negara-negara Barat mempertimbangkan cara untuk memperkuat Ukraina.
Rusia telah memberi isyarat selama berminggu-minggu kepada Barat bahwa Moskow akan menanggapi jika Amerika Serikat dan sekutunya membantu Ukraina menembakkan rudal jarak jauh ke dalam Rusia. Di sisi lain NATO menyatakan bahwa Korea Utara telah mengirim pasukan ke Rusia barat.
"Kami akan menyusun tindakan para pejabat untuk mengendalikan penggunaan senjata nuklir dengan peluncuran praktis rudal balistik dan jelajah," ujar Putin dalam video yang beredar saat mengumumkan latihan tersebut.
Dalam video yang dirilis oleh Kremlin, Putin mengatakan penggunaan senjata nuklir akan menjadi tindakan yang sangat luar biasa. Namun senjata itu harus tetap siap digunakan.
"Kami akan terus meningkatkan semua komponennya. Sumber daya untuk ini tersedia. Saya tegaskan bahwa kami tidak akan terlibat dalam perlombaan senjata baru, tetapi kami akan mempertahankan kekuatan nuklir pada tingkat kecukupan yang diperlukan,” katanya.
Latihan ini menyusul latihan pada 18 Oktober 2024 di wilayah Tver, barat laut Moskow, yang melibatkan unit yang dilengkapi dengan rudal balistik antarbenua Yars. Rudal ini mampu menyerang kota-kota di Amerika Serikat.
Putin bulan lalu menyetujui perubahan pada doktrin nuklir resmi. Perubahan itu menetapkan kondisi di mana Rusia dapat mempertimbangkan untuk menggunakan senjata nuklir.
Berdasarkan perubahan tersebut, Rusia akan menganggap setiap serangan terhadap negara itu yang didukung oleh kekuatan nuklir sebagai serangan Bersama. Ini adalah peringatan yang jelas bagi Amerika Serikat untuk tidak membantu Ukraina menyerang Rusia dengan senjata konvensional.
Rusia dan Amerika Serikat adalah dua negara dengan kekuatan nuklir terbesar di dunia. Keduanya mengendalikan 88 persen hulu ledak nuklir dunia.
AL ARABIYA | NY POST
Pilihan editor: Profil Pemimpin Hizbullah Naim Qassem, Baru Terpilih Diancam Israel