Dari Kain Karung Jadi Pemimpin
Sebelum perang, Yahya Sinwar, terkadang menceritakan kehidupan awalnya di Gaza selama puluhan tahun pendudukan Israel, dan pernah mengatakan bahwa ibunya membuat pakaian dari karung-karung bantuan pangan PBB yang kosong, demikian menurut penduduk Gaza, Wissam Ibrahim, yang pernah bertemu dengannya.
Dalam sebuah novel semi-autobiografi yang ditulisnya di penjara, Sinwar menggambarkan adegan-adegan tentara yang meratakan rumah-rumah warga Palestina, "seperti monster yang meremukkan tulang-tulang mangsanya," sebelum Israel menarik diri dari Gaza pada tahun 2005.
Sebagai seorang penegak hukum yang kejam yang ditugaskan untuk menghukum orang-orang Palestina yang dicurigai memberikan informasi untuk Israel, Sinwar kemudian membuat namanya dikenal sebagai seorang pemimpin penjara, muncul sebagai pahlawan jalanan dari hukuman 22 tahun penjara Israel karena mendalangi penculikan dan pembunuhan dua tentara Israel dan empat orang Palestina.
Dia kemudian dengan cepat naik ke puncak jajaran Hamas.
Dia sangat memahami kesulitan warga Gaza
Pemahamannya tentang kesulitan sehari-hari dan realitas brutal di Gaza diterima dengan baik oleh warga Gaza dan membuat orang merasa nyaman, kata empat wartawan dan tiga pejabat Hamas, terlepas dari reputasinya yang menakutkan dan kemarahannya yang meledak-ledak.
Sinwar dianggap oleh para pejabat Arab dan Palestina sebagai arsitek strategi dan kemampuan militer Hamas, yang didukung oleh hubungannya yang kuat dengan Iran, yang ia kunjungi pada tahun 2012.
Sebelum mendalangi serangan 7 Oktober, Sinwar tidak merahasiakan keinginannya untuk menyerang musuhnya dengan keras.
Dalam pidatonya setahun sebelumnya, ia bersumpah untuk mengirim banyak pesawat tempur dan roket ke Israel, mengisyaratkan perang yang akan menyatukan dunia untuk mendirikan negara Palestina di tanah yang diduduki Israel pada 1967, atau membuat negara Yahudi itu terisolasi di panggung global.
Pada saat pidato tersebut, Sinwar dan Deif telah menyusun rencana rahasia untuk penyerangan tersebut. Mereka bahkan melakukan latihan di depan umum yang mensimulasikan serangan semacam itu.
Cita-citanya belum terpenuhi. Meskipun isu ini sekali lagi berada di puncak agenda global, prospek sebuah negara Palestina masih jauh dari harapan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan tegas menolak rencana pascaperang untuk Gaza yang akan mencakup jadwal yang pasti untuk pembentukan negara Palestina.