TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memperingatkan pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah untuk meninggalkan Lebanon, beberapa hari sebelum dia terbunuh dalam serangan Israel. Seperti dilansir Reuters pada Kamis 3 Oktober 2024, Khamenei kini sangat khawatir tentang infiltrasi Israel ke jajaran senior pemerintah di Teheran, kata tiga sumber Iran.
Segera setelah serangan ledakan pager Israel yang menyasar agen Hizbullah di Lebanon pada 17 September, Khamenei mengirim pesan melalui seoran utusan, memohon pemimpin Hizbullah itu agar berangkat ke Iran. Hal ini diungkapkan seorang pejabat senior Iran kepada Reuters mengutip laporan intelijen yang menyatakan bahwa Israel memiliki agen di dalam Hizbullah dan berencana untuk membunuhnya.
Utusan tersebut, kata sumber, adalah seorang komandan senior Garda Revolusi Iran, Brigadir Jenderal Abbas Nilforoushan, yang sedang bersama Nasrallah ketika bunkernya terkena bom Israel dan juga terbunuh.
Khamenei, yang tetap berada di lokasi aman di Iran sejak Sabtu, secara pribadi memerintahkan sekitar 200 rudal untuk ditembakkan ke Israel pada Selasa, kata seorang pejabat senior Iran. Serangan itu merupakan pembalasan atas kematian Nasrallah dan Nilforoushan, kata Garda Revolusi dalam sebuah pernyataan.
Pernyataan itu juga mengutip pembunuhan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh pada Juli di Teheran, dan serangan Israel di Lebanon. Israel belum mengaku bertanggung jawab atas kematian Haniyeh.
Israel pada Selasa memulai apa yang disebutnya sebagai serangan darat “terbatas” terhadap Hizbullah di Lebanon selatan.
Kementerian Luar Negeri Iran, kantor media Hizbullah, dan kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang mengawasi badan intelijen asing Mossad, tidak menjawab permintaan komentar.
Pembunuhan Nasrallah terjadi setelah serangan Israel selama dua minggu yang telah menghancurkan lokasi senjata, menghilangkan separuh dewan kepemimpinan Hizbullah dan menghancurkan komando tertinggi militernya.
Ketakutan Iran terhadap keselamatan Khamenei dan hilangnya kepercayaan, baik di dalam Hizbullah maupun di dalam kelompok Iran dan di antara mereka, muncul dalam percakapan dengan 10 sumber untuk berita ini, yang menggambarkan situasi yang dapat mempersulit berfungsinya aliansi Poros Perlawanan Iran secara efektif.
Didirikan dengan dukungan Iran pada 1980an, Hizbullah telah lama menjadi anggota aliansi yang paling tangguh.
Kekacauan ini juga mempersulit Hizbullah untuk memilih pemimpin baru, karena khawatir infiltrasi yang sedang berlangsung akan membahayakan penggantinya, kata empat sumber di Lebanon.
“Pada dasarnya, Iran kehilangan investasi terbesarnya selama beberapa dekade terakhir,” kata Magnus Ranstorp, pakar Hizbullah di Universitas Pertahanan Swedia, mengenai kerusakan besar yang dialami Hizbullah yang menurutnya mengurangi kapasitas Iran untuk menyerang perbatasan Israel.
"Ini sangat mengguncang Iran. Ini juga menunjukkan betapa Iran telah disusupi secara mendalam: mereka tidak hanya membunuh Nasrallah, mereka juga membunuh Nilforoushan," katanya, yang merupakan penasihat militer terpercaya Khamenei.
Hilangnya kapasitas militer dan kader kepemimpinan Hizbullah mungkin mendorong Iran melakukan serangan terhadap kedutaan dan personel Israel di luar negeri yang lebih sering dilakukan sebelum munculnya kekuatan proksinya, kata Ranstorp.