Sementara, koalisi Ensemble berhaluan tengah yang dibentuk Macron berada di urutan kedua. Ensemble diproyeksikan memperoleh antara 150 dan 180 kursi, menurut perkiraan lembaga jajak pendapat Institut Opini Publik Prancis (IFOP), dibandingkan dengan perkiraan perolehan suara 180-215 untuk Front Populer Baru. RN menempati posisi terbawah dengan perolehan lebih dari 140 kursi.
Majelis Nasional Prancis memiliki 577 kursi. Prancis tampak akan terjebak dalam skenario parlemen gantung, yang membagi negara itu menjadi tiga partai yang harus membentuk aliansi demi mendapatkan kendali absolut dalam parlemen.
“Saya tahu, mengingat hasil pemilu malam ini, banyak masyarakat Prancis yang merasakan ketidakpastian mengenai masa depan mereka, karena tidak ada mayoritas absolut yang muncul (di parlemen). Negara kita sedang mengalami situasi politik yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Attal.
Putaran pertama pemilu legislatif diadakan pada 30 Juni, dan 76 kandidat terpilih tanpa putaran kedua.
RN memperoleh 29,26 persen suara (37 kursi), angka yang meningkat menjadi lebih dari 33 persen jika digabungkan dengan sekutunya. Front Populer Baru mendapat 28,06 persen (32 kursi), diikuti oleh Ensemble dengan sedikit di atas 20,04 persen suara (dua kursi).
Macron membubarkan parlemen dan mengumumkan pemilihan awal setelah RN memenangkan lebih dari 31 persen suara dalam pemilihan Parlemen Eropa pada 9 Juni, mengalahkan blok sentrisnya.
ANADOLU | CNBC
Pilihan editor: Wakil Menteri Palestina Tewas dalam Serangan Udara Israel di Gaza