TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan rivalnya mantan Presiden Donald Trump tampil dalam debat calon presiden pada Kamis malam, 27 Juni 2024. Acara itu untuk menawarkan pada para pemilih Amerika Serikat sisi kedua kandidat yang jarang terpublikasi. Baik Trump dan Biden sudah sama-sama berusia senja.
Dalam acara debat calon presiden itu, tak banyak hal baru tentang posisi kedua calon terkait isu-isu terkini. Acara tersebut cukup banyak ditonton warga Amerika Serikat. Kedua calon presiden Amerika Serikat itu menghadapi sejumlah pertanyaan terkait stamina mereka dalam menjalankan tugas-tugas sebagai orang nomor satu di Amerika Serikat.
Berikut beberapa poin menarik dalam debat Biden vs Trump:
1. Umur dan Stamina Joe Biden Jadi Sorotan
Joe Biden dalam acara itu berbicara dengan suara serak, kadang terbata-bata dalam menjawab pertanyaan, diam atau bahkan memberikan jawaban yang muter-muter. Untungnya, kegelisahan Biden itu hanya terjadi pada menit-menit pembuka acara debat calon presiden.
Gedung Putih mengonfirmasi bahwa Biden mengalami flu dan sakit tenggorokan selama debat.
"Ia menderita flu dan sakit tenggorokan. Sekali lagi, hasil tes COVID-nya negatif, dan kemudian kami maju (dalam sesi debat)," kata Juru Bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre kepada wartawan.
2. Isu Inflasi AS Mendapat Sorotan Khusus dalam Debat
Dari tiga isu yang akan dibedah, inflasi AS mendapat sorotan khusus. Sentimen konsumen terhadap perekonomian dapat menjadi faktor penentu dalam hasil pemilihan tersebut.
Dilansir dari New York Times, Biden masih berusaha mengatasi polemik inflasi AS sebagai tantangan terbesar dalam pemerintahannya. Meskipun inflasi baru-baru ini menurun, namun publik tidak melupakan lonjakan drastis pada awal masa jabatan Biden.
Di sisi lain, Trump sering membanggakan pencapaiannya dalam bidang ekonomi, meskipun masa pemerintahannya juga mengalami kehilangan lapangan kerja dan gangguan rantai pasokan akibat pandemi.
Kedua kandidat memiliki tafsiran yang berbeda mengenai inflasi termasuk pada harga energi dan suku bunga.
“Mereka mengalami inflasi angka sebenarnya, jika Anda benar-benar menghitung angka sebenarnya, mungkin 40 persen atau 50 persen jika Anda menjumlahkannya, ketika Anda tidak hanya memasukkan angka-angka yang ingin mereka dengar,” ujar Trump dalam kampanye di Detroit dan wawancara di Fox News.
Berdasarkan tim pencari fakta New York Times, pernyataan Trump tidak benar. Menurut Karoline Leavitt, juru bicara kampanye Trump, harga energi memang naik sebesar 41 persen sejak Januari 2021, tetapi Indeks Harga Konsumen (CPI) yang digunakan untuk mengukur inflasi keseluruhan hanya meningkat sekitar 20 persen dalam periode yang sama. Inflasi tahunan mencapai puncaknya pada 9,1 persen pada Juni 2022.
3. Usia jadi Perkara
Salah satu misi terbesar Biden dalam debat pertama adalah mengusir keraguan pemilih soal usianya yang kini menyentuh 81 tahun, dibandingkan Trump yang berusia 78 tahun. Kedua kandidat tercatat sebagai Presiden AS tertua yang pernah terpilih dalam sejarah.
Repotnya selama debat, Biden berulang kali kedapatan terbata-bata atau bertutur seakan sedang meracau, lapor Reuters. "Saya tidak mengerti apa yang dia katakan di ujung kalimat. Saya tidak yakin dia tahu apa yang dia katakan tadi," kata Donald Trump.
Penilaian serupa dilayangkan salah seorang pembawa acara CNN, Abby Phillip, yang berkomentar "jawaban Biden di sini, dalam banyak kasus, tidak utuh," ujarnya.
Kepada CNN, dua sumber di tim kampanye Partai Demokrat mengklaim sang presiden mendapat penyakit flu beberapa hari lalu. Biden juga sempat menegaskan betapa Trump cuma berusia "tiga tahun lebih muda."
4. Polemik Gaza dan Ukraina
Perihal kebijakan luar negeri, kedua kandidat lebih banyak mendebatkan kebijakan AS dalam perang di Jalur Gaza dan Ukraina.
Trump mengklaim bahwa dukungan Washington terhadap perang Ukraina melawan invasi Rusia telah merugikan perekonomian nasional.
"Perang ini seharusnya tidak pernah dimulai. Jika kita punya pemimpin sejati dalam perang ini. Biden memberi USD 200 miliar atau lebih kepada Ukraina, jumlah uang yang sangat besar," kata Trump.
Dia juga mengkritik Biden "menghalangi" Israel di Jalur Gaza. "Anda seharusnya membiarkan mereka menyelesaikan pekerjaannya. Biden tidak mau karena dia sudah menjadi seperti seorang Palestina. Tapi mereka tidak suka kepadanya karena dia adalah seorang Palestina yang lemah," katanya, lagi.
Biden sebaliknya menyerang sikap Donald Trump soal Pakta Pertahanan Atlantik Utara, NATO, serta menegaskan dukungannya bagi Israel untuk "mengeliminasi" Hamas. Menurutnya, organisasi yang masuk dalam daftar teror AS dan Uni Eropa tersebut sebagai satu-satunya pihak yang menolak damai.
MICHELLE GABRIELA | REUTERS | ANADOLU | NEW YORK TIMES
Pilihan Editor: Trump: Masalah Biden Bukan Umur Tapi Kompetensi