TEMPO.CO, Jakarta - Hamas menerima resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa atau PBB tentang gencatan senjata dengan Israel di Gaza. Hamas menyatakan siap untuk bernegosiasi mengenai rinciannya, kata pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri pada Selasa, 11 Juni 2024.
Abu Zuhri menyerahkan kepada Amerika Serikat untuk memastikan bahwa Israel mematuhi resolusi tersebut. Menurut dia, Hamas menerima resolusi dewan keamanan PBB sehubungan dengan gencatan senjata, penarikan pasukan Israel dan pertukaran sandera dengan tahanan yang ditahan oleh Israel.
“Pemerintahan AS menghadapi ujian nyata untuk menjalankan komitmennya dalam memaksa pendudukan untuk segera mengakhiri perang dalam implementasi resolusi Dewan Keamanan PBB,” kata Abu Zuhri.
Dewan Keamanan PBB mendukung rencana tiga fase gencatan senjata yang diuraikan oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada 31 Mei 2024. Biden menggambarkan gencatan senjata ini sebagai inisiatif pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Fase pertama rencana tersebut adalah gencatan senjata segera dan menyeluruh dengan pembebasan sandera, pemulangan jasad sandera yang terbunuh, pertukaran sandera dengan tahanan Palestina di penjara-penjara Israel, penarikan pasukan Israel dari wilayah berpenduduk di Gaza, kembalinya warga sipil Palestina ke rumah mereka, dan distribusi bantuan kemanusiaan yang aman dan efektif dalam skala besar di seluruh Gaza.
Fase kedua mencakup penghentian permanen permusuhan dengan imbalan pembebasan semua sandera yang masih berada di Gaza, dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza. Fase ketiga akan menandai dimulainya rekonstruksi besar-besaran selama beberapa tahun di Gaza dan pengembalian jasad para sandera yang masih berada di Gaza kepada keluarga mereka.
Resolusi itu juga menyatakan “jika perundingan memakan waktu lebih dari enam pekan untuk tahap pertama, gencatan senjata akan tetap berlanjut selama perundingan berlanjut.”
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pernyataan Hamas terhadap resolusi PBB ihwal gencatan senjata di Gaza merupakan tanda adanya harapan.“Itulah yang penting, dan itulah yang belum kita miliki,” ujarnya.
Blinken bertemu dengan para pejabat Israel pada hari Selasa untuk mengakhiri perang dengan Hamas yang telah berlangsung selama delapan bulan. Menjelang perjalanan Blinken, Israel terus melancarkan serangan di Gaza tengah dan selatan, yang merupakan salah satu perang paling berdarah di Gaza.
Israel mengatakan pihaknya hanya akan menyetujui penghentian sementara perang sampai Hamas dikalahkan. Sebaliknya Hamas membantah bahwa pihaknya tidak akan menerima kesepakatan yang tidak menjamin perang akan berakhir.
REUTERS
Pilihan editor: Senat Amerika Serikat Perpanjang Waktu Pembuktikan BMW Pakai Komponen Blacklist dari Cina