Sebagian besar rumah Suku Bajo dibangun di tepi pantai atau di atas perairan laut dangkal dengan tiang pancang untuk menghindari gelombang pasang. Dinding rumah mereka terbuat dari kayu, sementara atapnya menggunakan rumbia.
Karena tinggal di wilayah perairan, aktivitas sehari-hari Suku Bajo sangat bergantung pada transportasi air berupa perahu. Perahu-perahu ini biasanya diparkir di pelataran rumah mereka dan digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk mencari nafkah.
Mayoritas Suku Bajo bekerja sebagai nelayan yang masih menggunakan metode tradisional seperti memancing dengan kail, menjaring, dan memanah ikan. Hasil tangkapan mereka dijual kepada masyarakat di pesisir atau pulau-pulau terdekat. Selain menangkap ikan, beberapa anggota Suku Bajo juga mulai membudidayakan komoditas laut seperti lobster, ikan kerapu, dan udang.
Salah satu keunikan dari suku Bajo adalah kemampuan menyelam yang melebihi kemampuan rata-rata manusia. Paru-paru mereka mampu menampung lebih banyak oksigen, memungkinkan mereka untuk bertahan di bawah air lebih lama dibandingkan dengan orang pada umumnya. Tak heran, menyelam merupakan bagian dari mata pencaharian mereka, terutama untuk menangkap ikan.
Keunikan gaya hidup Suku Bajo menjadi inspirasi bagi banyak orang termasuk James Cameron, sutradara film terkenal di Amerika Serikat. Saat menggarap film Avatar 2: The Way of Water, James mengaku terinspirasi kehidupan Suku Bajo saat membuat karakter Klan Metkayina, para penghuni lautan Pandora.
Meski hidup di laut dan nomaden, tapi kini masyarakat suku Bajo juga banyak yang bersekolah, bahkan hingga ke jenjang perguruan tinggi. Hal tersebut menandakan bahwa kesadaran masyarakat suku Bajo terhadap pentingnya pendidikan telah terbangun. Dengan begitu, diharapkan mereka bisa turut memajukan suku Bajo dan juga masyarakat di sekitarnya.
RIZKI DEWI AYU
Pilihan editor: Cerita Pilu Warga Gaza saat Israel Bantai Kamp Pengungsi Nuseirat