2011-2012 - Pengakuan PBB
Pada 2011, ketika perundingan perdamaian terhenti, Palestina terus melanjutkan kampanye untuk keanggotaan penuh PBB dalam Negara Palestina. Upaya tersebut gagal. Dalam sebuah langkah terobosan pada tanggal 31 Oktober tahun itu, badan kebudayaan PBB UNESCO memilih untuk menerima Palestina sebagai anggota penuh.
Sebagai tanggapan, Israel dan Amerika Serikat menangguhkan pendanaan mereka untuk badan tersebut. Mereka langsung keluar dari UNESCO pada 2018, meskipun Amerika Serikat bergabung kembali tahun lalu.
Pada November 2012, bendera Palestina dikibarkan untuk pertama kalinya di PBB di New York setelah Majelis Umum memutuskan untuk meningkatkan status Palestina menjadi "negara pengamat non-anggota". Tiga tahun kemudian, Mahkamah Kriminal Internasional juga menerima Palestina sebagai negara pihak.
2014 - Swedia, negara Pertama di Eropa Barat yang Akui Palestina
Pada 2014, Swedia, yang memiliki komunitas Palestina yang besar, menjadi anggota Uni Eropa pertama di Eropa Barat yang mengakui negara Palestina.
Tindakan ini dilakukan menyusul bentrokan yang terjadi hampir setiap hari selama berbulan-bulan di Yerusalem timur yang dianeksasi Israel.
Negara Palestina sebelumnya telah diakui oleh enam negara Eropa lainnya yaitu Bulgaria, Siprus, Republik Ceko, Hongaria, Polandia, dan Rumania.
Israel bereaksi dengan marah terhadap tindakan Swedia. Menteri Luar Negeri saat itu, Avigdor Lieberman, mengatakan kepada Swedia bahwa "hubungan di Timur Tengah jauh lebih kompleks daripada furnitur buatan IKEA".
2024 - Dukungan untuk Palestina Menguat di Eropa
Serangan Israel yang tiada henti di Gaza, telah meningkatkan dukungan di Eropa terhadap negara Palestina. Setelah mendapat peringatan selama berbulan-bulan, Norwegia, Spanyol dan Irlandia pada hari Selasa akhirnya mengambil langkah tersebut.
Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez menggambarkannya sebagai masalah “keadilan bersejarah.” Malta dan Slovenia juga telah menyatakan “kesiapan” untuk mengakui negara Palestina ketika “keadaannya tepat”.
Australia juga telah melontarkan kemungkinan untuk mendukung negara Palestina. Presiden Emmanuel Macron juga mengatakan pertanyaan tersebut bukan lagi “hal yang tabu bagi Prancis” dan menegaskan hal itu harus dilakukan pada “saat yang tepat”.
FRANCE 24