Laporan-laporan yang Mengkhawatirkan
Human Rights Watch dan American Civil Liberties Union mengutuk penangkapan para demonstran dan mendesak pihak berwenang untuk menghormati hak-hak kebebasan berbicara mereka.
Namun, beberapa anggota Kongres dari Partai Republik menuduh para administrator universitas membiarkan para mahasiswa Yahudi dilecehkan, sehingga meningkatkan tekanan terhadap sekolah-sekolah untuk mengontrol secara ketat setiap demonstrasi dan memblokir setiap perkemahan semi-permanen.
Namun beberapa anggota Kongres dari Partai Republik menuduh para administrator universitas membiarkan para mahasiswa Yahudi dilecehkan, sehingga meningkatkan tekanan terhadap sekolah-sekolah untuk mengontrol secara ketat setiap demonstrasi dan memblokir setiap perkemahan semi-permanen.
Menteri Pendidikan AS Miguel Cardona pada Kamis mengatakan bahwa departemennya memantau dengan seksama protes-protes tersebut, termasuk apa yang disebutnya sebagai “laporan-laporan antisemitisme yang sangat mengkhawatirkan.”
Sebagai tanggapan, kelompok-kelompok aktivis membantah keras bahwa protes tersebut bersifat antisemit. Menurut mereka, tujuan mereka adalah untuk menekan universitas agar tidak melakukan divestasi dari perusahaan-perusahaan yang berkontribusi terhadap aksi militer Israel di Gaza.
Meski begitu, para pemimpin protes mengakui bahwa retorika kebencian telah ditujukan kepada para mahasiswa Yahudi, namun mereka bersikeras bahwa orang-orang yang mencoba menyusup dan memfitnah gerakan mereka bertanggung jawab atas pelecehan tersebut.
Di luar Columbia, ratusan demonstran konservatif pro-Israel melakukan aksi protes tandingan terhadap para mahasiswa, berbaris di jalan-jalan yang mengelilingi kampus, melambai-lambaikan dan membentangkan bendera Israel dan Amerika.
Para pejabat universitas memberikan waktu hingga pukul 4 pagi pada hari Jumat untuk mencapai kesepakatan dengan pihak universitas untuk membongkar puluhan tenda yang didirikan di kampus kota New York dalam protes yang dimulai seminggu yang lalu.
Pihak universitas telah mencoba untuk menutup aksi protes tersebut dengan paksa. Pada tanggal 18 April, Presiden Columbia Minouche Shafik mengambil langkah yang tidak biasa dengan meminta polisi untuk memasuki kampus, yang membuat marah banyak kelompok hak asasi manusia, mahasiswa dan fakultas.
Lebih dari 100 orang ditangkap dan tenda-tenda dipindahkan dari halaman utama. Namun dalam beberapa hari, perkemahan tersebut kembali didirikan.
REUTERS
Pilihan Editor: Top 3 Dunia: Rusia Tawarkan Sukhoi ke RI, AS Minta Cina Buka Pintu