TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah tokoh Muslim Amerika Serikat menolak datang ke acara jamuan buka puasa di Gedung Putih pada Selasa, 2 April 2024. Acara tetap berlangsung dalam skala yang lebih kecil. Boikot dilakukan beberapa undangan karena komunitas Muslim frustasi atas kebijakan Amerika Serikat terhadap agresi militer Israel di Gaza.
Presiden Joe Biden bertemu dengan para pemimpin Muslim Amerika Serikat, kemudian makan malam kecil dengan pejabat senior Muslim di pemerintahannya. Acara itu dihadiri pula oleh ibu negara Jill Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris serta suaminya.
“Presiden Biden akan mengadakan pertemuan dengan para pemimpin komunitas Muslim untuk membahas isu-isu penting bagi komunitas,” kata sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre kepada wartawan pada Selasa, 2 April 2024.
Ia menjelaskan bahwa para pemimpin ini lebih memilih mengadakan pertemuan daripada makan malam. "Gedung Putih menyesuaikan formatnya agar responsif,” kata Jean-Pierre.
Peristiwa ini sangat kontras dengan Mei lalu, ketika Biden menjadi tuan rumah resepsi Idul Fitri untuk menandai berakhirnya Ramadan. Lusinan peserta bersorak untuk Biden di Gedung Putih ketika dia mengatakan kepada orang banyak, “Ini rumah Anda.”
Anggota Kongres Muslim yang menghadiri acara tersebut termasuk Perwakilan Ilhan Omar dan Rashida Tlaib, yang merupakan warga Amerika keturunan Palestina. Keduanya kini menjadi salah satu kritikus terbesar terhadap kebijakan Biden di Gaza.
Emgage Action, sebuah kelompok advokasi Muslim Amerika, mengatakan mereka menolak undangan makan malam pada hari Selasa. Alasannya, “Bantuan militer tanpa syarat yang terus menerus dari Biden kepada Israel, telah menyebabkan bencana kemanusiaan yang sangat besar.”
Amerika Serikat, PBB dan negara-negara besar lainnya pada Selasa mengutuk serangan udara Israel yang menewaskan tujuh pekerja bantuan di Gaza.
Sementara di Amerika Serikat, diskriminasi terhadap umat Muslim dan warga Palestina mencapai rekor tertinggi di AS pada 2023. Diskriminasi meningkat didorong oleh naiknya Islamofobia dan bias ketika perang Israel-Gaza berkecamuk di akhir tahun, menurut data dari kelompok advokasi.
Para aktivis hak asasi manusia juga melaporkan peningkatan global dalam Islamofobia, bias anti-Palestina, dan antisemitisme sejak pecahnya konflik baru-baru ini di Timur Tengah.
Insiden di AS termasuk penikaman fatal pada bulan Oktober terhadap Wadea Al-Fayoume, warga Palestina-Amerika berusia 6 tahun di Illinois, penembakan pada bulan November terhadap tiga siswa keturunan Palestina di Vermont dan penikaman pada bulan Februari terhadap seorang pria Palestina-Amerika, di Texas.
“Kekuatan utama di balik gelombang Islamofobia yang meningkat ini adalah meningkatnya kekerasan di Israel dan Palestina pada Oktober 2023,” kata laporan itu.
REUTERS
Pilihan editor: Jepang Diguncang Gempa 7,5 Magnitudo, Peringatan Tsunami Berbunyi