TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin berjanji melacak dan menghukum mereka yang berada di balik serangan gedung konser yang menewaskan 133 orang itu. Dalam pidato yang disiarkan televisi, Putin mengatakan 11 orang telah ditahan, termasuk empat pria bersenjata. “Mereka mencoba bersembunyi dan bergerak menuju Ukraina, di mana, menurut data awal, sebuah jendela telah disiapkan bagi mereka di sisi Ukraina untuk melintasi perbatasan negara,” katanya.
Kelompok teroris ISIS telah mengklaim berada di balik serangan tersebut. Namun baik Putin maupun dinas keamanan Rusia FSB menyatakan orang-orang bersenjata itu mempunyai kontak di Ukraina dan ditangkap di dekat perbatasan. Mereka segera dipindahkan ke Moskow.
Putin menyebut musuh tersebut sebagai “terorisme internasional.” Ia mengatakan siap bekerja sama dengan negara mana pun yang ingin mengalahkannya.
“Semua pelaku, penyelenggara, dan mereka yang memerintahkan kejahatan ini akan dihukum secara adil dan pasti. Siapa pun mereka, siapa pun yang membimbing mereka,” kata Putin. “Kami akan mengidentifikasi dan menghukum siapa pun yang berdiri di belakang teroris, yang merencanakan kekejaman ini, serangan terhadap Rusia, terhadap rakyat kami.”
Baik Putin maupun FSB secara terbuka tidak menunjukkan bukti adanya hubungan dengan Ukraina, yang telah berperang dengan Rusia sejak invasi 25 bulan lalu.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan bahwa upaya untuk mengalihkan kesalahan adalah hal yang biasa dilakukan Putin dan lainnya.
Juru bicara intelijen militer Ukraina Andriy Yusov mengatakan bahwa Ukraina tidak terlibat dalam serangan teror ini. "Ukraina mempertahankan kedaulatannya dari penjajah Rusia, membebaskan wilayahnya sendiri dan berperang melawan sasaran tentara dan militer penjajah, bukan warga sipil," ujarnya.
ISIS mempunyai motivasi yang kuat untuk menyerang Rusia, yang melakukan intervensi terhadap negara tersebut dalam perang saudara di Suriah pada tahun 2015. Analis keamanan mengatakan klaim ISIS tampaknya masuk akal karena cocok dengan pola serangan di masa lalu.
Seorang anggota parlemen senior Rusia, Andrei Kartapolov, mengatakan bahwa jika Ukraina terlibat, maka Rusia harus memberikan jawaban yang “layak, jelas dan konkrit” di medan perang.
Dalam rekaman yang beredar, sejumlah orang-orang bersenjata yang menutup wajahnya melepaskan tembakan dengan senjata otomatis di Balai Kota Crocus dekat Moskow. Video menunjukkan orang-orang mengambil tempat duduk mereka, lalu bergegas menuju pintu keluar ketika tembakan berulang kali bergema di tengah teriakan.
Penyelidik mengatakan beberapa orang meninggal karena luka tembak dan lainnya dalam kebakaran besar yang terjadi di kompleks tersebut. Laporan mengatakan orang-orang bersenjata menyalakan api menggunakan bensin dari tabung yang mereka bawa di ransel. Warga Moskow di dalam gedung pun melarikan diri dengan panik.
Anggota parlemen Rusia Alexander Khinshtein mengatakan para penyerang melarikan diri dengan kendaraan Renault yang terlihat oleh polisi di wilayah Bryansk, sekitar 340 km (210 mil) barat daya Moskow pada Jumat malam. Dia mengatakan, kejar-kejaran mobil terjadi setelah mereka tidak mematuhi perintah untuk berhenti.
ISIS mengatakan para pejuangnya menyerang di pinggiran Moskow. ISIS mengaku telah membunuh dan melukai ratusan orang serta menyebabkan kerusakan besar di tempat itu sebelum mereka mundur ke pangkalan mereka dengan selamat. Pernyataan itu tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Pada hari Sabtu, mereka merilis foto yang disebut-sebut sebagai empat penyerang, serta rekaman serangan tersebut. Video berdurasi sekitar 90 detik itu menunjukkan tampilan close-up salah satu pria bersenjata yang melepaskan tembakan ke beberapa korban saat ia memasuki tempat yang tampaknya merupakan ruang konser.
REUTERS
Pilihan editor: Kelompok Arab di PBB Tolak Resolusi Sepihak AS Soal Gaza